Melihat Sekolah Mimpi di Kepulauan Aru Maluku

Generasi muda memang perlu berinisiatif untuk peduli lingkungan. Salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Namun gerakan nyata cinta lingkungan dilakukan seorang pemuda asal Maluku, yang berinisiatif membangun sekolah dari cara memungut sampah.

Devirisal Djabumir, seorang pemuda asal Maluku, mendirikan Sekolah Mimpi sejak April 2018. Ia mengajak anak-anak yang ingin mendapatkan ilmu namun hanya dibayar dengan sampah. Cara ini ia buat dengan tujuan untuk membersihkan sampah-sampah yang masih terabaikan di pantai Kepulauan Aru, Maluku.

Bacaan Lainnya

“Mayoritas kan disana orang-orangnya bergantung pada sektor perikanan, laut saja disana masih tercemar, ini merupakan suatu aksi yang terintegrasi sehingga pendidikan dapat, lingkungan juga dapat,” ungkap Devirisal Djabumir, Pendiri Sekolah Mimpi, ketika ditemui di acara Youth Action Forum, UID Learning Jakarta Pusat, Senin (29/10).

Sampah-sampah yang terkumpul akhirnya diolah atau didaur ulang menjadi Eco – Brick. Devirisal memang sudah terlatih dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk membina anak-anaknya. Sebelumnya, ia pernah magang di Green Mollucas. Beserta relawan-relawannya yang memiliki latar belakang pekerjaan seperti guru, pemerintahan, dan ASN.

Sebanyak 70 siswa yang mengikuti Sekolah Mimpi ini adalah anak-anak yang duduk di SD hingga SMP, dengan relawan tenaga pengajar sekitar 12-an orang. Sekolah Mimpi diadakan setiap Sabtu dan Minggu dengan pelajaran yang berhubungan peningkatan kemampuan seperti entrepreneurship, environment, public speaking, dan kelas inspirasi.

“Contoh public speaking, anak-anak disana kan malu untuk berbicara di depan umum seperti apa bersosialisasi dengan orang seperti apa, anak-anak di sana di stimulan begitu untuk story telling, memicu mereka untuk berbicara, berpikir untuk merangkai kata-kata, yang paling penting dia distimulasi untuk punya self confidence,” tambah Devirisal Djabumir.

Walaupun tidak memiliki bangunan atau tempat pasti untuk sekolah, pemuda lulusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pattimura ini, tetap menjalankan pengajaran dengan fasilitas apa adanya. Ia dan tenaga relawan lainnya masih mengajar dengan meminjam lahan orang. Saat ini ia masih berusaha agar mendapatkan bangunan yang layak dan relawan untuk mengajar pun semakin banyak.

Melalui Sekolah Mimpi ia berharap wawasan masyarakat Kepulauan Aru, Maluku, memiliki pengetahuan tambahan mengenai cara pengolahan sampah yang benar. Agar mereka dan pemerintah pun sadar bahwa kepedulian terhadap lautan di sana berpengaruh pada mata pencaharian.

 

(Inr/JPC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *