Budidaya KJA Pasok Kebutuhan Ikan Nasional

JAKARTA – Teknologi budidaya ikan air tawar terus berkembang pesat. Salah satunya adalah teknologi Keramba Jaring Apung (KJA) yang banyak dipraktikkan di perairan umum seperti sungai, danau, waduk dan situ.
Keberhasilan pengembangan teknologi KJA telah terbukti berperan dalam peningkatan produksi ikan secara nasional.

Budidaya ikan air tawar dengan KJA yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sangat dibutuhkan, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan nasional yang diprediksi mencapai 40 kg ikan per kapita per tahun. Hal ini mengemuka dalam Seminar Teknologi Budidaya KJA Berkelanjutan di Perairan Umum di JIEXPO Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (28/11).

Data Direktorat Jendral Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) menyebutkan jumlah produksi ikan tahun 2015 masih didominasi oleh perikanan air tawar yang mencapai angka 69 persen. Sementara budidaya air payau 30 persen yang terdiri dari udang, ikan dan rumput laut, sedangkan untuk budidaya laut hanya 1 persen.

Pada tahun 2016, produksi perikanan budidaya mencapai 13,2 juta ton atau naik 6,9 persen dibanding tahun 2015 yang mencapai 11,5 juta ton. Besarnya produksi ikan air tawar yang didominasi oleh jenis ikan lele, mas, nila, dan patin ini membuktikan bahwa budidaya ikan air tawar, terutama melalui teknologi KJA merupakan ujung tombak bagi pemenuhan kebutuhan protein hewani.

Dekan Fakultas Perikanan Universitas Padjadjaran Yudi Nurul Ihsan mengingatkan, pada tahun 2030 jumlah penduduk dunia mencapai 9 miliar penduduk. Untuk itu diperlukan asupan protein yang besar. Dengan luas daratan yang semakin sempit, maka sumber protein dari daratan akan semakin terbatas.

“Budidaya perikanan menjadi sektor yang diandalkan untuk memenuhi sumber protein serta menjadi lahan pekerjaan bagi penduduk produktif yang menjadi bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 tersebut,” katanya.

Sembilan juta balita di Indonesia menderita stunting (tubuh pendek). Indonesia masuk dalam klasemen lima besar negara dengan megastunting akibat kurangnya asupan gizi.

 

(wid/rmol)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *