Dua Negara Terketat Mulai Buka Perbatasan, Pengunjung Tak Perlu Lakukan ini

:uar Negeri
DILONGGARKAN: Penumpang berjalan dari pintu kedatangan Bandara Internasional Noi Bai di Hanoi pada Selasa (15/3) (AFP)

JAKARTA — Satu per satu negara di dunia mulai membuka perbatasan internasionalnya. Termasuk dua negara yang dikenal memberlakukan aturan ketat saat pandemi. Yakni, Vietnam dan Selandia Baru. Kedua negara berharap perekonomian dan sektor pariwisata pulih dengan kebijakan tersebut.

Dilansir Agence France Presse, mulai kemarin penerbangan internasional di Vietnam kembali dibuka. Para turis internasional tak perlu lagi menjalani karantina. Cukup menunjukkan bukti sudah divaksin lengkap dan negatif Covid-19.

”Kebijakan bebas visa untuk kunjungan selama 15 hari bagi 13 negara juga kembali berlaku.” Demikian pernyataan Kementerian Kesehatan Vietnam. Negara yang dimaksud adalah Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Inggris, Rusia, Jepang, Korea Selatan, Denmark, Swedia, Norwegia, Finlandia, dan Belarus.

Pemerintah mengakui bahwa kasus Covid-19 di negara berpenduduk 97 juta jiwa itu masih tinggi. Yakni, 200 ribu per hari. Pemicunya adalah varian Omicron. Namun, mereka memastikan situasinya terkendali. Angka pasien yang dirawat di rumah sakit dan kematian tergolong rendah. Sebanyak 98 persen penduduk dewasa juga sudah divaksin lengkap. Saat ini program booster serta vaksinasi remaja dan anak-anak terus dilakukan.

Vietnam yang berbatasan langsung dengan Tiongkok merupakan golongan negara pertama yang memberlakukan lockdown total. Jauh sebelum WHO menyatakan status pandemi, Vietnam telah menutup diri. Mereka belajar dari wabah virus SARS yang muncul pada 2003. Sama seperti pandemi Covid-19 kali ini, saat itu wabah SARS juga dimulai di Tiongkok sebelum akhirnya menyebar ke 29 negara.

Sebelum pandemi, negara komunis tersebut menghasilkan USD 32 miliar (Rp 457,7 triliun) per tahun dari sektor pariwisata. Penghasilan itu otomatis hilang saat lockdown berlaku. Sejatinya Vietnam mulai melonggarkan aturan sejak November tahun lalu lewat kebijakan travel bubble, tapi terbatas untuk negara tertentu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *