Yuk, Berkenalan dengan Aksara Sunda dan Sejarahnya

Beberapa peninggalan aksara Sunda
Beberapa peninggalan aksara Sunda: prasasti Kawali 1 dan 2 serta prasasti Batutulis. (foto : ist)

Aksara Rarangken Aksara

Rarangken pada Aksara Sunda menjadi sebuah pendamping atau komponen pelengkap dari Aksara Ngalagena. Terdapat beberapa kaidah yang perlu diikuti agar sebuah kata yang bermakna dapat tersusun dalam Aksara Sunda.

a. Rarangkén di atas huruf

– Panghulu: mengubah a menjadi i (ka menjadi ki)
– Pamepet: mengubah a menjadi e (ka menjadi ke)
– Paneuleung: mengubah a menjadi eu (ka menjadi keu)
– Panglayar: menambah ‘r’ di akhir suku kata (ka menjadi kar)
– Panyecek: menambah ‘ng’ di akhir suku kata (ka menjadi kang)

b. Rarangkén di bawah huruf

– Panyuku: mengubah a menjadi u (ka menjadi ku)
– Panyakra: menambah ‘r’ di tengah suku kata (ka menjadi kra)
– Panyiku: menambah ‘l’ di tengah suku kata (ka menjadi kla)

c. Rarangkén sejajar huruf

– Panéléng: mengubah a menjadi é (ka menjadi ké)
– Panolong: mengubah a menjadi o (ka menjadi ko)
– Pamingkal: menambah ‘y’ di tengah suku kata (ka menjadi kya)
– Pangwisad: menambah ‘h’ di akhir suku kata (ka menjadi kah)
– Patén atau Pamaéh:

Memutus huruf ‘a’

dalam suku kata (ka menjadi k) Angka Sama seperti angka pada huruf Latin, angka pada Aksara Sunda juga berupa, 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.(OL-5).

*Referensi: Hendrawa, R Ayi. Supriadi. (2020). Belajar dan Mengenal Aksara Sunda: Ngamumule Budaya. Serambi Catatan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *