Sungai Cibojong Dikeruk

NORMALISASI: Satu alat berat dikerahkan warga untuk mengeruk Sungai Cibojong di Kampung Sunggapan, Desa Bojong, Kecamatan Cikembar, kemarin (9/9).

CIKEMBAR, RADARSUKABUMI.com – Pemerintah Desa Bojong, Kecamatan Cikembar melakukan normalisasi Sungai Cibojong, di Kampung Sunggapan, kemarin (9/9). Diharapkan nantinya 150 hakter sawah yang ada dapat terairi dengan maksimal.

Ketua Mitra Cai Petani Pengguna dan Pemanfaat Air (P3A) Desa Bojong, Omen (60) mengatakan, sungai Cibojong merupakan satu-satunya akses mengairi ratusan hektare lahan pertanian warga Desa Bojong. “Namun karena musim kemarau, lahan pertanian banyak yang tidak terairi secara masimal. Terlebih lagi, kondisi saluran sungai Cibojong banyak pendangkalan, akibat tidak dikeruk,” jelas Omen kepada Radar Sukabumi, kemarin (9/9).

Bacaan Lainnya

Untuk itu, puluhan petani bersama pemerintah Desa Bojong langsung menggelar aksi gotong royong memperbaiki saluran sungai Cibojong. “Bila sungai Cibijong ini selesai dinormalisasi, kami yakin lahan pertanian warga pasti akan terairi secara masksimal,” ujarnya.

Penjabat Sementara (Pjs) Kepala Desa Bojong, Iyus Wahyudin mengatakan, saluran sungai Cibojong bukan hanya dimanfaatkan oleh petani dari warga Desa Bojong saja, melainkan juga puluhan petani dari Desa Bojongkembar turut memanfaatkan saluran sungai tersebut.

“Untuk di wilayah kami, hanya ada 100 hektare lahan pertanian yang diairi sungai Cibojong. Namun untuk di wilayah Desa Bojongkembar, sekitar 50 hektare,” katanya.

Untuk memaksimalkan hasil pertanian, ujar Iyus, pemerintah desa dengan warga dan salah satu perusahaan yang ada di wilayah tersebut melakukan normalisasi dengan mengeruk sedimen di saluran air sungai Cibojong.

“Normalisasi ini menggunakan alat berat. Alhamdulillah lumpur setinggi 2,5 meter dengan panjang sekitar 50 meter berhasil kami keruk,” paparnya.

Selain melakukan normalisasi, papar Iyus, pihaknya juga melakukan pelebaran sungai dengan lebar sekitar 11 meter. Ini dimaksudkan, agar saluran air dapat berjalan normal. “Selain itu, untuk mencegah bila musim hujan air tidak meluap dan merusak lahan pertanian warga,” bebernya.

Ia menambahkan, selama musim kemarau, tidak ada lahan pertanian di wilayah Desa Bojong yang mengalami gagal panen. Hanya saja, dalam setahun warga hanya bisa memanen padi satu sampai dua kali. “Ya, seharusnya dalam setahun itu, warga bisa memanen padi tiga kali. Namun, karena airnya tidak sampai ke lahan pesawahan, maka banyak warga yang tidak menanam padi,” pungkasnya.

(Den)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *