Status Zona Merah Menghantui Sukabumi

Sementara itu di Kabupaten Sukabumi, meskipun kasus positif terus bertambah bahkan ada yang meninggal dunia, tetapi daerah terluas se Pulau Jawa dan Bali ini, statusnya masih menduduki level zona kuning dengan resiko rendah.

Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Kabupaten Sukabumi, Iyos Somantri mengatakan, pihaknya menilai penambahan jumlah kasus Covid 19 di Kabupaten Sukabumi tidak terlalu signifikan. Makanya daerah Kabupaten Sukabumi masih menduduki zona kuning.

Bacaan Lainnya

“Jadi daerah yang berwenang menyatakan level kuning, hijau maupun zona merah itu, dapat diputuskan oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui rapat koordinasi dan evaluasi dari berbagi lembaga.

Pemerintah daerah maupun GTPP Covid-tidak memiliki kewenangan mengenai perihal itu,” kata Iyos kepada Radar Sukabumi usai melakukan monitoring penanganan Covid-19 di Aula Desa Jambenenggang, Kecamatan Kebonpedes, kemarin (12/8).

Ketika disinggung upayanya untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut, GTPP Covid-19 Kabupaten Sukabumi menegaskan tidak akan melakukan PSBB parsial. Tetapi, ia akan terus menggencarkan sosialisasi dan edukasi kepada seluruh warga soal protokoler kesehatan.

“Pada masa new normal atau AKB itu, tidak ada istilah PSBB. Tetapi lebih kepada protokoler kesehatannya lebih ditingkatkan lagi. Paling juga kedepannya, kita akan melakukan pendisiplinan atau penegakan hukum. Seperti warga yang tidak memakai masker akan dikenakan sanksi,” paparnya.

Pihaknya menambahkan, meski Kabupaten Sukabumi statusnya masuk pada level zona kuning, tetapi pihaknya mengingatkan kepada seluruh stakehoalder, khususnya kepada seluruh warga Kabupaten Sukabumi agar tetap meningkatkan kewaspadaanya. Seperti menggunakan masker, sering mencuci tangan menggunakan sabun di air yang mengalir serta jaga jarak.

“Masyarakat jangan merasa tenang dan leha-leha pada masa new normal ini. Karena faktanya, pada beberapa hari terakhir kasus penyebaran virus corona di Kabupaten Sukabumi mengalami peningkatan. Terlebih lagi, virus tersebut menyebarnya sangat cepat dan tidak kelihatan karena menyebar melalui droplet. Ini lah yang harus diwaspadai oleh kita,” pungkasnya. (bam/den/t)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *