Sederet Sentimen Negatif Tarik IHSG Terus Merosot

ILUSTRASI: Layar pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah dalam beberapa hari terakhir menyusul sentimen negatif baik dari dalam maupun luar negeri. (DOK. SALMAN TOYIBI/JAWA POS)

JAKARTA, RADARSUKABUMI.COM – Pasar saham Indonesia kembali merosot dalam beberapa hari terakhir, bahkan meninggalkan level 6.000. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menguat pada pembukaan perdagangan pagi tadi di level 6.010, namun belum memasuki akhir sesi I sudah kembali ke level 5.925 pada pukul 10.30 WIB.

Pada pembukaan perdagangan tadi pagi sebanyak 211 emiten menguat, 163 emiten melemah dan 108 emiten stagnan. Mayoritas investor asing dominan membeli saham dengan nilai pembelian nett sebesar Rp42,06 miliar dengan volume 877.200 lot.

Bacaan Lainnya

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, terdapat banyak sentimen yang mempengaruhi pelemahan IHSG, dari sentimen domestik hingga sentimen geopolitik global.

Menurutnya, dari sentimen dalam negeri, perpanjangan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibukota Jakarta dan beberapa daerah lainnya sangat mengganggu aktivitas perekonomian tanah air.

“Perpanjangan PSBB di DKI dan beberapa propensi berpotensi mengganggu perekonomi Nasional,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (29/1).

Kemudian, adanya kasus pemeriksaan BPJS ketenagakerjaan yang didasari oleh adanya unrealized loss investasi dari pengelolaan dana jaminan sosial oleh Kejaksaan Agung. Koordinator Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar menjabarkan bahwa pihaknya memperoleh data, nilai unrealized loss BPJS Ketenagakerjaan per 31 Desember 2020 sebesar Rp 24 triliun. Namun, nilainya telah menurun pada 14 Januari 2021 menjadi Rp 13 triliun seiring pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Berdasarkan catatan BPJS Ketenagakerjaan per 31 Desember 2020, sebanyak 64 persen investasi ditempatkan di surat utang, 17 persen di saham, 10 persen deposito, 8 persen reksadana, dan 1 persen investasi langsung. Artinya terdapat sekitar 25 persen dana yang berada di pasar modal, melalui saham dan reksadana.

Total dana kelolaan BPJS Ketenagakerjaan pada awal 2021 adalah sebesar Rp 494,06 triliun, maka nilai investasinya di saham berkisar Rp 84 triliun dan penempatan di reksadana sekitar Rp39 triliun.

Menurut Hans Kwee pengaruh kasus BPJS Ketenagakerjaan terhadap IHSG lumayan besar karena karena para investor memandang kasus tersebut merupakan kasus yang besar.

“Lumayan karena ada kekawatiran pelaku pasar kasusnya besar yang mengkawatirkan pemegang unit reksadana,” ucapnya.

Sementara, sentimen global yang menyebabkan IHSG ikut terpeleset diantaranya, kemungkinan tertundanya paket stimulus fiskal Biden 4 sampai 6 pekan akibat perbedaan partai demokrat dan republik di senat Amerika Serikat (AS).

Kemudian, bank sentral AS The Fed tidak merubah kebijakannya. Tapi pernyataan pemulihan ekonomi sangat tergantung vaksinasi. Namun, proses vaksinasi sendiri prosesnya lambat sehingga berpengaruh pada aktivitas perekonomian.

Disisi lain, kasus Covid-19 masih terus naik baik di AS, Eropa maupun Indonesia. Kasus melonjaknya penukaran di Indonesia yang tembus mencapai angka 1 juta membuat pelaku pasar sangat berhati-hati.

Adapun sentimen lainnya yang menarik IHSG ke zona merah yaitu, polimik perusahaan vaksin (AstraZeneca) dengan Uni Eropa terkait ketersediaan vaksin, valuasi saham AS yang terlalu tinggi, laporan keuangan AS yang keluar jelek, transaksi margin nasabah ritel, serta aktifitas pemain ritel di AS. (sri)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *