Pupuk Selangit, Petani Menjerit

Ditempat terpisah, Dindin (48) petani asal Kampung Loji memperkirakan merosotnya harga gabah akibat musim panen raya beberapa pekan lalu. Selain itu, karena kadar rendemen hasil panen padi sangat tinggi. “Yang saya rasakan si tengkulak pun dengan semena-mena menentukan harga gabah rendah kepada para petani, ” katanya.

Selain petani menolak menjual hasil pertaniannya, kata Dindin, hal serupa dilakukan para tengkulak gabah. Mereka menolak membeli hasil pertanian dari petani seiring harga yang anjlok. “Mereka berdalih tidak mau membeli karena harga dipasaran anjlok sehingga sulit memperoleh untung,” katanya.

Bacaan Lainnya

Keduanya berharap musim panen mendatang harga gabah dipasaran akan kembali normal seperti semula. Dengan begitu petani tidak terlalu besar menanggung kerugian hasil panen padinya.

“Saya sebagai tengkulak kenapa menerima harga gabah lebih rendah dari musim sebelumnya, karena petama musim panen sekarang ini gabah melimpah, juga tingkat rendemennya sangat tinggi,”katanya.

Sementara itu kepala Bidang prasarana dan sarana pertanian (Kabid PSP) Eli Sulatri menyangkan dengan kondisi para petani merasakan rendahnya harga gabah pasaran yang diterima tengkulak. Padahal, para petani bisa berkordinasi dengan Asosiasi petani Gapoktan untuk mencari solusi.

“Dinas ketahanan pangan kan ada gapoktan untuk membeli beras dari para petani untuk dikemas menjadi beras sukabumiku, disini para petani tidak usah memanfaatkan para tengkuk lagi manfaatkan gapoktan di wilayahnya,”tanggapnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *