SUKABUMI — Mata Iman (39) masih basah menangisi fakta anak pertamanya MA (13) yang tewas tenggelam saat mengikuti rangkaian kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMPN I Ciambar pada Sabtu (22/07/2023).
MA tenggelam pada kegiatan Perkemahan Jumat Sabtu (Perjusa) sekira pukul 12.00 WIB saat memasuki masa istirahat. Dari 120 siswa yang mengikuti Perjusa ini ada 4 sampai 6 siswa termasuk korban berenang di sungai.
Simpang siur kabar bahwa korban tenggelam lantaran menolong temannya yang tenggelam. Faktanya, saat dinyatakan hilang tenggelam korban masih menggunakan seragam Sekolah lengkap dengan topinya.
Saat kejadian, ayah korban masih bekerja di Jakarta. Awal kabar anaknya hilang tenggelam, berdasarkan pengakuan istrinya bukan dari pihak sekolah tetapi dari temannya yang saat itu membawa sabuk korban ke rumah.
“Jadi kami tahu anak kami tenggelam dari teman korban yang membawa sabuk ke rumah. Kemudian istri saya bertanya kemana anak saya. Katanya hilang. Lalu istri saya nyusul ke sekolah tidak bertemu. Bolak-balik istri saya sampai tiga kali, kemudian baru pihak sekolah bersama warga disini mendatangi lokasi hilangnya anak saya, “jelas Iman dengan nada terbata-bata.
Iman mengklaim jikalau istrinya tidak terus menayakan kabar MA ke Sekolah, pihak Sekolah tidak mau mendampingi untuk mendatangi lokasi. Pasalnya saat kejadian itu terjadi tidak semua panitia pihak sekolah merespon cepat bahwa anaknya tenggelam.
Dirinya juga kecewa dengan penyataan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sukabumi yang mengatakan bahwa kegiatan tersebut sudah bukan dari bagian kegiatan sekolah. Iman merasa harus ada yang bertanggung jawab, pasalnya nyawa anaknya tidak bisa dibeli dan keadilan harus ditegakan.
Selain itu, Iman mempertayakan kepada pihak sekolah kenapa kejadian ini bisa terjadi. Apakah saat kejadian tidak ada panitia dan pembimbing. Kalau ada kenapa anak saya dibiarkan meninggal tenggelam dan tidak langsung menghubungi pihak keluarga.
“Ya kami sudah izinkan polisi Ekshumasi, karena keluarga meminta keadilan. Jangan sampai kejadian ini dianggap biasa, apalagi pernyataan Disdik yang seolah ini bukan lagi tanggung jawab sekolah. Jelas-jelas ini kejadian pada kegiatan sekolah. Bahkan sampai hari ini Tas dan sepatu anak saya masih berada di Sekolah belum kami ambil. Apakah itu bukan bagian dari kegiatan sekolah, “tegasnya.
Iman juga menyangkan pihak sekolah tidak hadir dalam pemakaman anaknya, baru setelah pemakaman selesai pihak sekolah datang dengan meminta permohonan maaf. “Anak saya itu tidak pernah melawan, baik dan akrab ke siapapun. Makanya kami kehilangan dan ingin diungkap seadil-adilnya, “tukasnya.
Tiga Saksi Diperiksa
Mendengar adanya kasus tenggelamnya siswa kelas VII SMPN I Ciambar, Polsek Nagrak langsung menerjukan anggotanya ke lapangan. Bahkan untuk mendalami kasus tersebut, pihaknya sudah memeriksa tiga orang saksi yang masuk dalam kepanitian.