Kiamat Sudah Dekat, Warga Ponorogo Geger dan Mengungsi

Isu kiamat sudah dekat gegerkan warga di Ponorogo

RADARSUKABUMI.com – Puluhan warga di Desa Watubonang, Badegan, Ponorogo, Jawa Timur meninggalkan kampung halaman. Mereka hijrah ke Malang karena percaya kiamat sudah dekat.

Sebagian warga menjual tanah dan rumah dengan harga murah. Berkisar Rp 10-20 juta. Kabarnya, sudah ada 52 kepala keluarga (KK) telah meninggalkan Ponorogo dan pindah ke Malang.

Bacaan Lainnya

Isu kiamat sudah dekat dan perpindahan warga Ponorogo ke Malang menjadi perbincangan di medsos. Kabarnya, kiamat bakal pertama kali terjadi di desa Watubinga, sehingga penduduknya hijrah ke Malang..

Radar Ponorogo (Radarsukabumi.com grup) mencoba mengulik kebenaran informasi itu ke Desa Watubonang, Badegan, Ponorogo.

Warga Desa Watubonang, Katiyem mengatakan, anaknya telah ditinggalkan suaminya yang hijrah ke Malang bersama puluhan warga lain.

Menantunya itu pergi meninggalkan rumah Senin lalu (4/3) sekitar pukul 22.00. Putri Katiyem hanya ditinggali pesan bahwa suaminya pergi ke Malang. Menyusul rombongan lain yang sudah berangkat terlebih dahulu.

“Heran juga, baru saja nikah sama anak saya,” kata Katiyem, sebagaimana dilansir Radar Malang, Selasa (12/3).

Katiyem turut bersedih mengingat umur pernikahan anaknya baru delapan bulan. Pun belum dikaruniai buah hati. Si menantu berangkat saat hujan lebat dan hanya membawa pakaian.

“Gak bawa apa-apa, cuma bawa pakaian dan mungkin sejumlah uang. Anak saya sudah berusaha mencegah,” ujarnya.

Beruntung, si menantu tidak menjual harta sebelum pergi, seperti yang dilakukan warga lainnya yang telah hijrah ke Malang.

Tiga keluarga lain yang telah berangkat sebulan lalu, dikabarkan telah menjual tanah dan rumah beserta isinya. Hasil penjualan kabarnya digunakan untuk bekal menuntut ilmu di Malang.

“Sudah 16 KK (kepala keluarga) yang pergi ke Malang sejak bulan lalu. Berangkatnya tidak bersamaan. Kebanyakan membawa keluarga. Gak pamit juga,” kata Sogi (40), Kamitua Krajan.

Kaur pemerintahan desa setempat itu menyayangkan kepergian sebagian warganya dengan alasan yang masih misterius sampai kini.

Sogi membeberkan sedikitnya 52 warga telah hijrah. Perinciannya, 23 perempuan dan 29 laki-laki. Secara administrasi, mereka masih menjadi penduduk setempat.

“KTP-nya masih tetap warga sini. Karena tidak mengurus surat pindah,” terangnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *