Arkeolog Temukan Arca Makuta Raja di Sukaraja, Begini Kondisinya

PENELITIAN : tim penelitian arkeologi dari Yayasan Cagar Budaya Nasional Kota Hiroshima-2 Sukabumi melakukan observasi tinggalan arkeologi berupa menhir dan arca makuta raja di Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja.(FOTO : FOR RADAR SUKABUMI)

Selain arca makuta raja, ujar Tedi, di Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja juga ditemukan arca yang sudah rusak dimakan waktu. Namun masih bisa terlihat walau agak samar. Yaitu Arca Ibu memangku anaknya. Mengenai usia batuan arca tersebut belum dapat diketahui secara pasti. “Catatan sejarah Sukaraja sendiri sebenarnya telah ditulis oleh VOC pada tahun 1777 silam, yaitu saat seorang pegawai VOC yang bernama Radermacher melakukan ekspedisi dari Batavia menyusuri sungai Tjiliwong hingga ke Tjiandjoer dan rute yang ditempuh melalui Pontjak Megamendoeng,” tandasnya.

Bacaan Lainnya

Lebih lanjut ia menjelaskan, Radermacher setelah dari Tjiandjoer kembali ke Buitenzorg (Bogor) melalui jalur selatan Gunung Gede tepatnya melalui kampong Soekaradja, kampong Tjilang (Ciheulang) dan kampong Tjitjoeroek. Radermacher menginap di pesanggrahan di kampong Soekaradja yang dibangun ketika Gubernur Jenderal VOC bernama Jeremias Van Riemsdiejk pada tahun 1775 – 1777 melakukan ekspedisi melalui jalan yang sama. Radermacher mencatat pada tahun 1777 tersebut telah ada 20 kepala keluarga di Kampong Soekaradja.

“Sementara sejarah Sukaraja menurut versi pribumi yang artefaknya dimiliki oleh Yayasan Cagar Budaya Nasional Kota Hiroshima-2 ,Pojok Gunung Kekenceng menyebutkan bahwa sejarah Sukaraja dimulai ketika salah seorang keturunan dari kerajaan Soekapoera Tasikmalaya bernama Raden Ahmad pada tahun 1623 diperintahkan oleh Boepati Soekapoera untuk membuka perkampungan baru (ngababakan, red) disekitar daerah yang ada ciri batu Nangtung atau menhir yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Tugu Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja,” bebernya.

Pihaknya menambahkan, menurut hikayat Raden Ahmad dan pengikutnya diperintahkan untuk membuka perkampungan baru babakan oleh Boepati Soekapoera yang waktu itu merupakan negara bawahan dari Kesultanan Mataram yang rajanya bernama Sultan Agung Hanyokro Kusumo dalam rangka persiapan mengumpulkan perbekalan untuk menyerang VOC di Batavia pada tahun 1627.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *