Belajar Nasionalisme dari Paguris, Bagikan 1.360 Bendera Gratis

Salah seorang aktivis komunitas Paguris memasangkan bendera merah putih gratis ke spion pengendara yang melintas.

Ragam cara merayakan hari kemerdekaan. Dari Istana Negara hingga ke pelosok desa. Semuanya demi dua warna. Begitupun apa yang mereka telah lakukan terhadap 1.360 bendera. Yang dibagikan secara cuma-cuma, bukan demi segepok rupiah. Dari Cisolok Sukabumi, setidaknya kita belajar nasionalisme secara sederhana. Tapi kaya makna.

Laporan: Fawzy Ahmad, Sukabumi

Bacaan Lainnya

Paguris. Adalah nama komunitas tersebut. Singkatanya, Petualang Gunung Rimba Sukabumi. Kegiatan komunitas ini seputar petualang alam, kegiatan ekstrim semisal panjat tebing, flying fox, camping, hacking, serta kegiatan lingkungan lainnya. Eksistensi mereka sudah 12 tahun. Dan kini telah beranggotakan sebanyak 30 orang.

“Inilah bentuk nasionalisme kami. Dengan membagikan bendera gratis ke para pengendara yang kebetulan melintas,” kata Ketua Paguris, Soetha kepada Radarsukabumi.com, Minggu (18/8/2019).

Komunitas Paguris saat membagikan bendera merah putih secara gratis

Pergerakan ini, kata Soetha, digagas dengan sangat sederhana. Tak perlu mengeluarkan banyak uang, waktu, pikiran dan tenaga. Hanya turun ke jalan, lalu bagikan bendera ke pengendara bermotor yang melintas. Semata demi menyemarakkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada setiap tanggal 17 Agustus.

“Dan ini sebenarnya pergerakan kedua kami. Yang pertama tahun kemarin. Lalu dilanjutkan lagi tahun ini. Kalau ditanya kenapa, ya ini dalam rangka menyemarakkan HUT RI. Kalau orang lain buat kegiatan macam-macam, sementara kami bingung mau ngapain. Jadi kami buat saja kegiatan bagi-bagi bendera gratis ini, memang nyeleneh sih. Tapi menurut kami memiliki makna,” papar Soetha.

Sekilas apa yang dilakukan para petualang alam ini tampak menyindir sekelompok masyarakat yang justru mengkomersilkan hari kemerdekaan dengan menjual paksa bendera merah putih. Namun pria yang akrab disapa Si Abang ini membantahnya.

“Kalau masalah nyindir kegiatan yang menjual bendera, enggak lah. Kami hanya ingin berusaha menunjukkan nasionalisme untuk berbagi bendera. Walaupun bendera yang kami dapatkan juga berdasarkan dari donatur,” tuturnya.

Tentu dalam setiap aksi memiliki cerita menari. Pun demikian bagi Paguris ketika membagikan seribuan bendera merah putih secara gratis. Seperti yang disinggung sebelumnya, sempat dikira apa yang mereka lakukan adalah aksi menjual bendera.

Tak ayal, sejumlah warga atau pengenara sempat ketakutan oleh mereka. Karena harus mengeluarkan uang sebesar Rp 5.000 demi sehelai bendera yang biasanya dipasang di spion motor.

Aksi bagi-bagi bendera gratis ala Paguris di Sukabumi

“Padahal kami sudah pegang tulisan ‘BENDERA GRATIS’. Tapi tetap aja ada yang salah sangka dan takut. Ya dipikir harus bayar,” ulas Soetha.

Soetha menegaskan tidak ada cerita duka dari aksi mereka. Hanya ada cerita suka. Yang akan mereka kenang selamanya. Semisal, pengendara yang langsung kabur dengan tancap gas demi menghindari aksi bendera gratis ala Paguris. Ada pula pengendara yang memarahi mereka dengan kata-kata yang kurang baik.

“Tapi kami jelaskan dengan sabar, bahwa bendera ini dibagikan gratis. Akhirnya si orang tersebut memahami. Lalu ada yang melontarkan pujian, ucapan terima kasih dan ancungan jempol. Kami sebenarnya tidak mengharapkan itu semua, karena ini demi nasionalisme kami,” papar dia.

“Malah ada satu kejadian, si pengendara sudah kami kasih tahu itu bendera gratis, masih tetap saja mengeluarkan uang dengan nominal yang lebih dari biasanya dijual sebesar Rp 5 ribu. Hampir 10 kali lipat. Tapi kami tolak. Karena pergerakan kami ini tidak untuk uang,” sambung Soetha.

Aksi bagi-bagi bendera gratis ini, sebut Soetha, telah dilakukan di lima tempat dengan enam waktu berbeda. Yang pertama, pada tanggal 3 Agustus di Desa Wanajaya, Cisolok. Kedua, esok harinya, 4 Agustus di Kecamatan Nagrak. Yang ketiga, 7 Agustus di lampu merah Palabuhanratu.

Dilanjutkan aksi keempat, 10 Agustus di Kecamatan Simpenan. Dan aksi kelima dan keenam, pada 14 dan 16 Agustus di tempat yang sama, lampu merah Damkar, Palabuhanratu.

“Dan telah terbagikan sebanyak 1.360 bendera merah putih secara gratis kepada para pengendara yang melintas. Alhamdulillah,” ucap Soetha.

Soetha pun menyukuri bahwa apa yang mereka lakukan ini tidak mendapatkan penolakan atau protes dari ormas atau komunitas terntu. Sebaliknya, apa yang mereka lakukan justru disokong dukungan. Seperti dari Dinas Perkin, Dinas Lingkungan Hidup, KNPI, ormas dan tokoh masyarakat sekitar.

“Kami berterima kasih kepada warga Sukabumi khususnya di Cisolok dan Palabuhanratu sekitarnya karena telah bersedia kami bagikan bendera merah putih ini secara gratis. Sekali lagi, niat kami sederhana, demi menunjukkan rasa nasionalisme,” ungkap Soetha.

Akvitis Paguris memasangkan bendera merah putih secara gratis ke spion pengendara.

Kita harus belajar tentang esensi nasionalisme, tentang merah putih dan tentang Indonesia dengan saksama. Seperti halnya Paguris yang menganggap ini hanya gerakan nyeleneh. Tapi sejatinya memiliki nilai luhur yang merefleksikan perjuangan para pejuang dan pahlawan 74 tahun silam.

“Pesan moralnya, semoga kegiatan kami bisa lebih memupuk rasa nasionalisme dalam mengenang jasa-jasa pahlawan yang menggratiskan keringat dan darahnya untuk bangsa dan negara Indonesia,” pungkasnya.

(izo/rs)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *