Memelihara Tanaman Pemakan Daging Bersama Forum Tanaman Karnivora Jawa Timur Tak Boleh Terlalu Banyak Nutrisi

Ini hobi kekinian yang sedang digandrungi anak muda. Di Jawa Timur, para pencinta tanaman pemakan daging kian menjamur. Mereka membentuk Forum Tanaman Karnivora Jawa Timur (Fortim).

FORTIM dibentuk Maret 2017. Awalnya, komunitas tersebut terbentuk dari Facebook. Kini Fortim memiliki sekitar 200 anggota aktif yang berada di berbagai kota di Jatim. Bagi sebagian orang, tanaman karnivor punya keunikan. Tanaman eksotis itu menjadi langka lantaran habitatnya mulai tergerus.

Beberapa jenis karnivor merupakan tanaman rawa. Mereka tinggal di media yang minim mineral. Karena itu, untuk memenuhi gizi, tanaman tersebut memakan serangga. Saat memelihara, pemilik harus mengadaptasi habitat asli tanaman itu. Caranya, selalu menjaga kelembapan. Jangan memberikan terlalu banyak nutrisi untuk tanaman. ”Jangan diberi pupuk. Menyiramnya juga pakai air yang minim mineral. Misalnya, air hujan atau air AC,” ucap Andi Nugroho, salah seorang anggota Fortim.

Menurut dia, akar tanaman karnivora tidak digunakan untuk menyerap nutrisi, melainkan hanya untuk menyerap air. Ditemui Jawa Pos beberapa waktu lalu, para anggota komunitas sedang menyambangi rumah Adrian Yonata, salah seorang anggota. Biasanya mereka saling berbagi cerita dan tip merawat tanaman pada momen tersebut. ”Iki lho rek, jamuren. Titik tok. Tapi mematikan,” kata Adrian Yonata yang akrab disapa Ian.

Dia menunjukkan tanaman Drosera yang ditanam di pot kecil setinggi kurang lebih 10 cm. Tanaman yang juga disebut perangkap lalat itu dikenal mudah terserang penyakit. Salah satu penyakit yang terbilang membahayakan adalah jamur yang menyerang batang atau akar. Jika sudah ada jamur, biasanya akar akan membusuk dan tanaman mati. ”Kalau ada kutu atau jamur, harus diambil. Atau disemprot pakai obat,” lanjut Andi.

Drosera memiliki bulu-bulu halus di seluruh tangkainya. Tiap bulu menghasilkan nektar yang lengket. Fungsinya sebagai perangkap serangga. Ketika ada serangga yang terperangkap, secara otomatis tanaman mengeluarkan enzim pencernaan. Penyerapan nutrisi terjadi dalam waktu dua hari hingga tanaman menyisakan kulit serangga yang sudah kering.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *