Cegah Stunting, Kenali Penyebabnya

Mayya Humaira, A.Md.Keb
Mayya Humaira, A.Md.Keb Bidan Fungsional Ruang Arf 1 RSI. Assyifa Sukabumi

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Warga Sukabumi, semoga dalam keadaan sehat ya, masih dalam suasana ulang tahun Ikatan Bidan Indonesia yang ke 71 dengan tema “Perjalanan Panjang Profesi Bidan Mewujudkan Generasi Unggul Menuju Indonesia Maju”.

Dalam hal ini saya akan mencoba berbagi ilmu, berbagi pengetahuan, bukan maksud untuk menggurui warga warga sukabumi umumnya, dan para nakes khususnya kita akan sharing edukasi tentang Stunting, mudah-mudahan bermanfaat.

Bacaan Lainnya

Proses tumbuh kembang anak berlangsung pesat terutama seribu hari pertama kehidupan menjadi momen penting yang memengaruhi tumbuh kembangnya di masa anak-anak hingga dewasa. Sampai dengan saat ini stunting masih menjadi perhatian utama pemerintah di Indonesia.

Stunting itu sendiri adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi yang berulang, dan simulasi psikososial yang tidak memadai. Apabila seorang anak memiliki tinggi badan lebih dari -2 standar deviasi median pertumbuhan anak yang telah ditetapkan WHO, maka ia dikatakan stunting.

Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019 mencapai 27,7 persen, artinya satu dari empat anak balita (lebih dari empat juta anak) di Indonesia mengalami stunting.

Gejala awal stunting adalah weight faltering yaitu perlambatan pertumbuhan seperti anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih kecil untuk seusianya. Berat badan rendah dan pertumbuhan tulang tertunda.

11,2 persen stunting terjadi dalam kandungan, 60,6 persen terjadi antara lahir sampai dengan 2 tahun dan 28 persen terjadi antara 2-5 tahun.

Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak dan dampak jangka panjang menyebabkan keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi dan obesitas.

Secara garis besar penyebab stunting dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu asupan yang kurang, dapat terjadi karena kemiskinan dan ketidaktahuan orangtua mengenai pemberian makanan yang tepat. Dan meningkatnya kebutuhan nutrisi disebabkan karena kondisi medis.

Stunting atau juga bisa dikatakan kerdil adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak dimana tinggi badan anak tidak sesuai atau lebih pendek dengan tinggi badan anak seusianya. Hal ini disebabkan oleh kurangnya asupan gizi kronis pada periode 1000 hari pertama.

Kehidupan seorang anak bisa dikatakan mengalami stunting jika menurut petugas kesehatan pertumbuhanya berada di bawah standar kurva pertumbuhan WHO kondisi stunting ini akan sulit ditangani jika anak mencapai usia 2 tahun tidak hanya berdampak pada pertumbuhanya stunting juga berdampak pada perkembanganya seperti anak bertumbuh pendek pertumbuhan dan perkembangan anak akan terganggu, sehingga menyebabkan penurunan kecerdasan yang nantinya akan mengalami kesulitan belajar di sekolah.

Sistem kekebalan tubuh yang rendah sehingga anak akan lebih mudah sakit terutama jika terkena penyakit infeksi saat anak tumbuh dewasa nanti, akan lebih beresiko terkena penyakit dm,penyakit stroke dan juga kanker.

Untuk itu ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah stunting dimulai dari masa kehamilan hingga sikecil dilahirkan yaitu:

Pertama, ibu hamil harus memeriksakan kehamilanya ke tenaga kesehatan yaitu bidan dan dokter kandungan, sebanyak 6 kali atau lebih sesuai anjuran bidan atau dokter kandungan.

Kemudian ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang yang terdapat dalam isi piringku yakni, lauk pauk satu pertiga dari setengah piring, buah- buahan satu pertiga dari setengah piring, sayur-sayuran dua pertiga dari setengah piring dan makanan pokok dua pertiga dari setengah piring dan jangan lupa minum tablet tambah darah 90 tablet setiap hari selama kehamilan. Yang paling penting, ibu harus melahiran difasilitas kesehatan bisa di PMB, PKM atau Rumah Sakit.

Kedua, setelah bayi lahir diberikan nutrisi yang lengkap. Hal ini bisa dilakukan dengan cara melakukan IMD segera setelah ibu melahirkan, kemudian pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan, dan setelah 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yaitu makanan yang bergizi seimbang terdiri dari karbohidrat, protein dan juga lemak.

Gandum, umbi-umbian, kacang-kacangan, susu, telur dan sumber protein lainya serta buah-buahan dan juga sayur-sayuran dengan cara dihaluskan pun perlu diberikan. Jangan lupa membawa anak ke posyandu untuk memantau pertumbuhan dan perkembanganya dengan cara ditimbang dan diukur tinggi badanya serta diberikan imunisasi dasar lengkap juga pemberian vitamin A dua kali dalam setahun pada bulan Februari dan Agustus.

Ketiga, menjaga prilaku hidup bersih dan sehat diantaranya, menggunakan air yang bersih, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dan juga menggunakan jamban yang sehat. Demikianlah informasi yang dapat saya sampaikan mengenai stunting, semoga dapat lebih memahami dan memperhatikan si buah hati kita, sehingga terhindar dari stunting. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *