Refleksi Hari Guru: Peran Guru Tak Tergantikan

Olih Solihudin
Guru Sosiologi SMA Negeri 3 Kota Sukabumi, Olih Solihudin, SS.

Oleh: Olih Solihudin
Guru Sosiologi SMA Negeri 3 Sukabumi

Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Ungkapan ini rasanya sudah tidak asing kita dengar, sampai bulan ini saat peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tepatnya tanggal 25 November  tahun 2021 peran guru masih layak untuk didiskusikan. Ungakapan itu menggambarkan betapa pentingnya peranan guru dalam membentuk karakter dan masa depan bangsa melalui peserta didiknya.

Bacaan Lainnya

Apa yang dilakukan oleh guru sampai kapan pun akan tetap menjadi perhatian seluruh komponen masyarakat, tidak hanya peserta didiknya yang berada dalam kelas.

Guru selaku agent of change senantiasa berada pada garis terdepan pembangunan mental dan karakteristik generasi muda. Salah satu indikator bahwa guru telah berhasil mendidik siswa di sekolah adalah sejauh mana pengaruh yang telah diajarkan di ruang kelas menembus tembok pagar sekolah dan di bawa oleh peserta didiknya untuk meniti masa depan dengan penuh karya dan gagasan.

Sekolah dan guru selama bumi ini masih ada menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan. Sekolah sebagai tempat secara formal dalam proses pembelajaran selamanya membutuhkan guru yang mampu mengajar, mendidik dan melatih peserta didik untuk meraih masa depan yang diharapkan.

Indonesia masa depan akan mampu bersaing dengan negara-negara lain jika dikelola oleh generasi muda yang mumpuni dari sisi ilmu pengetahuan dan matang dalam kepribadian. Untuk menghasilkan kondisi demikian maka perlu menciptakan iklim sekolah yang mampu beradaptasi dengan perkembangan jaman, serta guru sebagai orang tua di sekolah yang menjadi teladan yang patut ditiru oleh seluruh warga sekolah.

Sekolah sebagai rumah kedua

Sekolah sejatinya menjadi rumah kedua bagi peserta didik. Seorang peserta didik berada di sekolah selama bertahun-tahun  menuntut ilmu dan mengembangkan kepribadianya. Sebagian besar waktu mereka diisi dengan berbagai  aktivitas di sekolah baik belajar intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

Menjadi suatu hal yang sangat penting untuk menciptakan sekolah sebagai lingkungan yang nyaman menyenangkan bagi peserta didik, dimulai dari sejak hari pertama masuk sekolah yang dimulai dengan kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) hingga lulus dari satuan pendidikan.

Tidak hanya bagi peserta didik, sekolah yang bagi guru menjadi tempat setiap hari dikunjungi, sejatinya guru pun menjadikan sekolah sebagai rumah kedua.

Guru harus berperan menciptakan suasana yang kondusif di sekolah, baik lingkungan fisik ataupun lingkungan sosial.

Menjadikan sekolah sebagai rumah kedua disertai suasana sekolah yang nyaman dan aman akan membuat semua warga sekolah semakin betah berada di sekolah dan menjalankan segala kewajiban dengan baik, sehingga dari sanalah akan lahir proses yang baik, prestasi yang tinggi dan pribadi yang unggul.

Guru sebagai orangtua kedua

Ketika berada di sekolah seorang guru merupakan orang tua bagi semua peserta didik. Guru dituntut mampu menjalankan fungsinya sebagai orang tua.

Guru berkewajiban memberi kasih sayang kepada seluruh peserta didik secara adil tanpa kecuali. Selanjutnya guru dituntut mampu mengarahkan peserta didik senyaman mungkin dalam proses pembelajaran agar saat mereka belajar akan merasa betah seperti layaknya berada di rumah sendiri yang nyaman.

Pada kondisi yang demikian peserta didik dapat belajar dengan  baik, tidak hanya  tuntutan akademis, namun peserta dapat mempelajari dan mempraktekkan nilai baik yang mereka peroleh.

Suatu waktu kadang seorang guru harus mau dan mampu mendengarkan keluh kesah serta curhatan para peserta didik yang kadang diluar akademis.

Apakah itu berkaitan dengan kondisi di rumah peserta didik, masalah hubungan dengan teman-teman mereka di sekolah, atau bahkan masalah lain yang jauh dari perkiraan kita. Pada kondisi seperti ini guru dituntut menjalankan fungsi sebagai orangtua yang bijak dalam memberikan solusi kepada peserta didik.

Peran guru tak tergantikan

Awam biasanya mendefinisikan mengajar lebih cenderung kepada transfer of knowledge. Dengan demikian subjek belajar seolah-olah hanya membutuhkan pengetahuan saja.

Sejatinya tujuan belajar secara esensi, disamping untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan juga untuk pembinaan sikap mental dan kepribadian.

Ketika berlangsung proses pembelajaran, mungkin saja peran guru sebagai pengajar dapat digantikan oleh kecanggihan teknologi saat ini. Mengajar bisa dilakukan secara virtual tanpa kehadiran guru dihadapan peserta didik secara langsung.

Bahkan secara mandiri peserta didik dapat belajar sendiri dari situs dunia maya sehingga terjadinya proses transfer ilmu pengetahuan. Lain halnya dengan proses mendidik, kehadiran guru tidak dapat digantikan dengan apapun, karena proses mengarahkan serta membimbing prilaku peserta didik ke arah kepribadian dan akhlak mulia memerlukan figur teladan dan praktek dalam keseharian melalui pembiasaan baik.

Seperti halnya orang tua di rumah, guru juga harus bersama-sama mengawal perkembangan peserta didik selama di sekolah. Bukan hanya berkaitan dengan nilai akdemisnya, namun juga harus mengawal dan membimbing perkembangan mental, moral dan perilaku peserta didik sehingga mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang matang dan lebih baik. Peran guru seperti itu tidak akan tergantikan oleh mesin atau komputer secanggih apapun.

Seorang guru yang telah mewakafkan seluruh pengabdiannya untuk nusa dan bangsa ini, selayaknya merasa nyaman untuk mengajar dan memberikan teladan yang baik bagi peserta didik, serta menjadikan sekolah sebagai rumah kedua sehingga menghasilkan karya yang maksimal.

Selamat berkarya rekan-rekan guru di seluruh tanah air, tanggung jawab kita sebagai guru untuk melahirkan generasi emas, agar Indonesia kelak mampu bersaing dengan negara-negara besar di dunia. Wahai guru di seluruh tanah air: “Peranmu tak tergantikan”

Selamat Hari Guru Nasional Tahun 2021.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *