Suara Orang Tua di Sukabumi Sambut Belajar Tatap Muka: Kewalahan di Rumah

ILUSTRASI: Guru dan murid-muridnya menggunakan masker saat belajar mengajar tatap muka di sekolah. (Istimewa)

SUKABUMI – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim telah mengizinkan pemerintah daerah (Pemda) untuk membuka sekolah tatap muka di seluruh zona risiko virus corona mulai Januari 2021.

Hal ini mendapat sambutan hangat dari para orang tua (Ortu) siswa di Sukabumi. Mayoritas dari mereka menginginkan anaknya untuk bisa kembali belajar di sekolah.

Bacaan Lainnya

Seperti diketahui sejak pandemi virus corona (Covid-19) merebak di Indonesia beberapa bulan ini, memaksa sekolah ditutup sampai sekarang. Akibatnya, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) mesti dilakukan dari rumah dengan memanfaatkan teknologi internet dalam sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Pantauan Radar Sukabumi, dalam pelaksanaan PJJ ini para ortu harus mendampingi anak, dan guru harus menyiapkan materi secara online. Tentunya ini membuat banyak orang tua kebingungan, sebab tidak semua orang tua paham dengan materi yang diberikan guru. Selain itu, banyak siswa yang juga menjadi malas untuk belajar.

Untuk itulah, para orang tua berharap rencana pemerintah akan kembali membuka pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah pada tahun 2021 bisa segera terealisasikan.

Seperti yang diungkapkan Dianti Rahma, perempuan berusia 36 tahun ini sangat berharap jika tahun depan sekolah bisa dibuka. Karena sejak belajar secara daring ia mengaku kewalahan mengajari ketiga anaknya di rumah.

“Anak saya empat, satu masih berumur 7 bulan, kalau yang sekolah paling besar kelas V, kedua kelas I dan yang ketiga masuk TK,” ungkap Dianti kepada Radar Sukabumi, Kamis (26/11).

Setiap harinya Dianti harus mendampingi ketiga anaknya belajar seorang diri, kegiatan belajar mengajar dilakukan memanfaatkan aplikasi perpesanan WhatsApp (WA).

Biasanya materi pembelajaran difoto dan dikirimkan guru. Dari rumah siswa mengerjakan dan hasil pekerjaan difoto kemudian dikirimkan. Terkadang ada tugas membuat video aktivitas seperti kegiatan bercocok tanam atau olahraga bersama keluarga.

“Repot banget soalnya anak yang sekolah ada tiga, belum kalau anaknya susah diatur apalagi yang TK,” keluhnya.

Dianti yang merupakan warga Baros ini menilai selama ini sistem pembelajaran secara daring yang digulirkan tidak efektif. Pengawasan kegiatan belajar mengajar anak kurang. Selain itu, anak mulai jenuh berada di rumah.

Tidak hanya itu, ia juga mengeluhkan pengeluarannya membengkak terutama untuk kebutuhan paket internet.

“Setidaknya saya harus menyediakan dana khusus untuk kuota internet. Saya biasa pakai yang abudemen sebulan bisa mengeluarkan hingga Rp300 ribu,” ucapnya.

Ia pun berhaharap sekolah bisa kembali di buka, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan (Prokes) secara ketat.

Sementara itu, Pengamat Pendidikan Sukabumi Yuni Sri Wahyuni menilai kebijakan tersebut bersyarat.

“Yakni sangat tergantung kepada kebijakan setempat yang dikeluarkan oleh kepala daerahnya, sehingga yang dikeluarkan adalah keputusan membuka kembali KBM secara luring di Sukabumi itu sangat tergantung keputusan walikota ataupun bupatinya,” ungkap Yuni.

Tentu saja masih kata Yuni, pemerintahan akan mempertimbangkan apakah situasi yang ada cukup aman untuk membuat kebijakan tersebut.

Yuni yang kini menjabat sebagai Wakil Rektor 1 Bidang Akademik dan Akreditasi sekaligus Dosen Prodi Teknik Sipil di Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) ini menuturkan, jika pemda mengizinkan membuka kembali sekolah di 2021 maka harus dengan persiapan matang dan penuh antisipatif mengingat keamanan dan kesehatan tetap jadi prioritas utama.

Ia menyarankan keputusan yang diambil harus melalui kajian-kajian bersama dengan berbagai pihak. Tepat atau tidaknya dilihat situasinya, kesiapan dan persiapan seluruh pihak yang memiliki kewenangan dalam bidang pendidikan, bahkan lintas urusan karena tidak bisa dilihat secara parsial hanya tanggung jawab bagian pendidikan.

“Jangan lupa juga dengan kesiapan orang tua, kesiapan pihak sekolah dalam memfasilitasi standar sarana prasarana yang harus disediakan dalam kebutuhan penyelenggaraan KBM di masa pandemi ini belum dinyatakan berakhir. Penyelenggaraan KBM juga direncanakan tidak untuk memaksa sekolah harus buka, kalau belum siap,” tegas Yuni

“Balik lagi kondisi ini dikembalikan lagi apakah institusi pendidikan sudah siap kembali membuka sekolah? apakah pihak berwenang sudah siap mengawal dan mensupport sekolah agar kondisi tetap terpantau dan terkendali dari risiko pandemi Covid-19?,” tambahnya.

Ia melontarkan solusi yang mungkin akan ditempuh sekolah, yakni menempuh proses bertahap dalam membuka sekolah dengan menimbang prioritasnya mengapa sangat perlu membuka sekolah kembali menjalankan pembelajaran luring? atau adakah hal yang memang tertinggal dan tidak bisa dilaksanakan kecuali harus luring, nah ini yang akan menjadi prioritas.

“Atau misalnya merancang pembelajaran kombinasi antara luring dan daring atau yang dinamakan blended learning,” pungkasnya. (wdy)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *