PJJ Tetap Terlaksana, Potensi Anak Putus Sekolah Makin Tinggi

ILUSTRASI: Siswa mengikuti ujian semester sekolah tatap muka di SMA 1 Kaur, Bengkulu, Kamis (3/12/2020). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) mengatakan pembelajaran tatap muka akan dilakukan pada Januari 2021. (SALMAN TOYIBI /JAWA POS)

JAKARTA – Selama masa pandemi Covid-19, pemerintah telah tiga kali menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Panduan Pembelajaran Tahun Ajaran 2020/2021 Pada Masa Pandemi Covid-19. Di mana pada Januari 2021, satuan pendidikan diperbolehkan melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM).

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono mengatakan, hal itu tepat dilakukan karena sistem pembelajaran yang tidak dilakukan dengan tatap muka di sekolah memiliki dampak yang negatif terhadap anak.

Bacaan Lainnya

Ironisnya, masa depan bangsa akan dihadapkan dengan potensi tingginya angka putus sekolah. “Karena mereka belajar dari rumah, akhirnya banyak peserta didik yang terpaksa turut berkerja agar dapat membantu perekonomian keluarga selama masa pandemi. Kondisi ini tentunya menjadi sangat mengkhawatirkan,” tutur Agus dalam keterangan resminya, Senin (14/12).

Menurutnya perbedaan akses dan tingkat kualitas pembelajaran jarak jauh (PJJ) juga berakibat pada kesenjangan capaian belajar, terutama anak dari sosio-ekonomi berbeda. Kemudian, minimnya interaksi dengan guru, teman, dan lingkungan luar ditambah tekanan akibat sulitnya pembelajaran jarak jauh menyebabkan stres pada anak.

“Dengan tinggal di rumah tercatat banyak anak terjebak kasus kekerasan di rumah tanpa terdeteksi oleh guru. Karena itu juga kemudian pemerintah memutuskan untuk menerbitkan SK tentang penyesuaian kebijakan yang menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam pemberian izin pembukaan satuan pendidikan,” kata Agus.

Meskipun terdapat penyesuaian baru dalam kebijakan pembelajaran, Agus tetap mengimbau bahwa kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat merupakan prioritas utama.

“Saya berharap kondisi psiko-sosial dan kesehatan semua komponen dalam ekosistem pendidikan tetap terjaga dalam pemenuhan layanan pendidikan selama masa pandemi Covid-19,” pungkasnya. (sai)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *