Pesantren Modern Internasional di Timur Indonesia

TERUS BERKEMBANG: Perwakilan santri PMI Dea Malela dari kalangan prasejahtera yang berasal dari sejumlah negara.

JAKARTA,RADARSUKABUMI.com – Pendidikan Islam modern terus berkembang di Tanah Air. Kali ini terdapat di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Di daerah itu kini berdiri Pesantren Modern Internasional (PMI) Dea Malela.

Gedung baru sekolah agama yang menampung santri dari mancanegara itu, baru saja diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Pada saat bersamaan juga dilakukan peletakan batu pertama untuk sejumlah fasiltas pendukung.

Bacaan Lainnya

Jusuf Kalla menuturkan, PMI Dea Malela berdiri atas dasar “kebinekaan” karena banyak kalangan turut memberikan bantuan pembangunan. Diharapkan pesantren modern ini menjadi pusat ilmu pengetahuan dan keagamaan.

“Kebutuhan paling penting bagi manusia baik di Indonesia maupun mancanegara, ya, pendidikan. Saya berharap Indonesia mempunyai peran yang besar dalam memperluas pendidikan keislaman. Mendidik para santri muda sampai mereka memiliki pengalaman yang sama,” kata JK dalam sambutannya, akhir pekan kemarin.

Muhammad Din Syamsudin selaku pendiri PMI Dea Malela mengungkap mimpi dari pembangunan pesantren internasional. Tiga tahun lalu dia bersama berbagai pihak punya mimpi akan ada pesantren berbasis Internasional di NTB. Akhirnya kini terlaksana. Bahkan kini sudah ada 320 santri. Semuanya merupakan santri setara sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah akhir (SMA).

Menariknya 50 dari total santri berasal dari luar negeri. Di antaranya Timor Leste, Malaysia, Kamboja, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Rusia.

“Kami ingin melakukan secara nyata, menerapkan ilmu keislaman dan ilmu pengetahuan. Juga meneguhkan nilai dan prinsip yang kami coba integrasikan, sehingga PMI Dea Malela dapat melahirkan sumber daya insani beriman yang mandiri, kreatif, inovatif, dan kompetitif,” jelas Din Syamsudin.

Ia sangat berterima kasih kepada pihak yang sudah ikut berpartisipasi dalam pembangunan PMI Dea Malela. Salah satunya Aksi Cepat Tanggap (ACT). Lembaga kemanusiaan itu turut membangun sebuah fasilitas tangga penghubung yang memudahkan para santri untuk mengunjungi auditorium PMI Dea Malela.

“Terima kasih juga kepada lembaga filantropi Islam yang sudah banyak memberikan dukungan, yakni ACT yang telah memberikan bantuan berupa tangga penghubung yang kami sebut Humanity Step. Insyaallah, jika membantu agama Allah, maka Allah akan membantu semua,” tuturnya.

Di tempat yang sama, Direktur Komunikasi ACT Lukman Azis Kurniawan mengatakan, pihaknya memberikan bantuan pertama berupa beasiswa untuk 43 santri mancanegara.

“Sudah beberapa bulan ACT telah memberikan beasiswa untuk menunjang biaya operasional 43 santri mancanegara. Kami mengetahui PMI Dea Malela menerima anak mancanegara sebagai santrinya, terutama anak yang berasal dari kalangan prasejahtera,” kata Lukman.

Dalam waktu dekat ACT bersama Global Wakaf pun merencanakan membangun satu fasilitas baru, yakni ritel wakaf. Fasilitas itu diyakini dapat memenuhi kebutuhan pangan sekaligus memberikan manfaat berkepanjangan.
Direktur Global Wakaf Syahru Aryansyah mengatakan, ritel wakaf memiliki manfaat yang panjang. Sebagian keuntungan ritel wakaf dijadikan sebagai modal kembali untuk produk-produk wakaf. Sebagian lagi untuk diberikan kepada para santri berupa beasiswa. “Kami akan segera melakukan penataan untuk pembangunanya. Insyaallah,” ujar Syahru.

 

(jpg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *