ITB jadi Universitas Terbaik

TANGERANG SELATAN – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) kembali melansir pemeringkatan perguruan tinggi periode 2018. Di posisi puncak, Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil menggeser Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dalam pemeringkatan itu terbagi menjadi sejumlah klaster. Perguruan terbaik berada di klaster pertama. Total ada 14 kampus yang berada di klaster pertama. Jika dibandingkan tahun lalu, tidak ada perubahan signifikan dalam peringkat perguruan tinggi.

Bacaan Lainnya

ITB kembali menduduki peringkat satu, setelah pada periode 2017 disaliup UGM. Sementara itu Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Indonesia (UI) tetap bertahan di posisi ketiga dan keempat. ITS Surabaya yang tahun lalu berada di urutan kelima, turun satu tingkat di urutan keenam. Posisi kelima tahun ini dihuni oleh Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Sementara itu Universitas Padjadajaran (Unpad) naik lumayan signifikan. Tahun lalu Unpad berada di urutan 14 dan sekarang naik di posisi sembilan. Sedangkan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tidak beranjak dari peringkat ketujuh.

Dirjen Kelembagaan Iptek-Dikti Kemenristekdikti Patdono Suwignjo menjelaskan program pemeringkatan setiap tahun dievaluasi untuk penyempurnaan. Dia mengatakan tahun ini ditambah kriteria inovasi. ’’Pertimbangannya inovasi adalah program utama Kemenristekdikti,’’ katanya saat pengumuman pemeringkatan di komplek Puspiptek, Tangerang Selatan kemarin (17/8).

Patdono menjelaskan untuk mendukung kriteria inovasi tersebut, dikumpulkan oleh masing-masing direktorat jenderal (ditjen) di Kemenristekdikti. Bobot untuk inovasi dipatok lima persen dengan satu indikator, yakni kinerja inovasi.

Selain itu pemeringkatan tahun ini juga menambah kriteria yakni kerjasama perguruan tinggi. Patdono mengatakan dengan adanya kriteria baru tersebut, maka banyak kampus kategori lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) yang masuk pemeringkatan. ’’Kalau begitu di LPTK itu inovasi dan kerjasamanya tinggi,’’ jelasnya.

Dengan penambahan dua indikator tersebut, berarti total indikator pemeringkatan berjumlah enam jenis. Empat indikator lainnya adalah kualitas SDM, kualitas manajemen, kualitas kegiatan mahasiswa, serta kualitas penelitian dan publikasi.

Guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Said Hamid Hasan kurang cocok dengan kebijakan Kemenristekdikti membuat klaster atau pengelompokan perguruan tinggi. Sebab seluruh kampus merupakan tanggung jawan Kemenristekdikti. Said berharap upaya Kemenristekdikti tidak sebatas membaut peringkat dan klasterisasi.

Dia menjelaskan Kemenristekdikti memiliki tanggung jawab untuk menaikkan kualitas perguruan tinggi yang masih di bawah. Dia menjelaskan kualitas kampus berbeda-beda karena memiliki fokus yang berbeda pula. Dia menjelaskan masih ada sejumlah kelemahan dalam pengelolaan kampus negeri. Seperti kekurangan dosen dan fasilitas penunjang. Selain itu juga ada persialan politisasi dalam memilih pemimpin di internal kampus.

Peringkat Kampus Non-Vokasi versi Kemenristekdikti
(10 besar)

Kampus 2018 2017 2016

ITB Ranking1 (skor : 3,57) 2 (3,53) 1 (3,74)
UGM 2 (3,54) 1 (3,66) 2 (3,69)
IPB 3 (3,41) 3 (3,45) 3 (3,49)
UI 4 (3,28) 4 (3,38) 4 (3,41)
Undip 5 (3,12) 6 (3,08) 10 (2,93)
ITS Surabaya 6 (3,10) 5 (3,23) 5 (3,28)
Unair 7 (3,03) 7 (2,99) 8 (3,06)
Unhas 8 (2,99) 9 (2,96) 11 (2,97)
Unpad 9 (2,95) 14 (2,72) 7 (3,07)
Univ. Andalas 10 (2,88) 12 (2,47) 12 (-)

Keterangan
Klaster I Kampus non-vokasi 2018 : 14 kampus
Klaster I Kampus non-vokasi 2017 : 14 kampus
Klaster I Kampus non-vokasi 2016 : 11 kampus

Sumber : Kemenristekdikti

 

(wan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *