BP2MI Latih 188 Lulusan SMK Siap Bekerja Sebagai Caregiver di Jepang

Launching pelatihan calon tenaga kerja Caregiver ke Jepang melalui video conference, Rabu (15/9/2020)

RADAR SUKABUMI – Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terus berupaya meningkatkan kebekerjaan lulusannya. Salah satunya dengan menyiapkan tenaga Caregiver (Pendamping Lansia) untuk bekerja di Jepang.

Program ini dilaksanakan melalui kolaborasi dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) untuk menyiapkan lulusan SMK bekerja di Jepang dengan visa kerja Tukutegino/Spesified Skill Worker (SSW).

Bacaan Lainnya

Dalam acara launching pelatihan calon tenaga kerja Caregiver ke Jepang yang digelar pada Rabu (15/9) melalui video conference yang dihadiri Direktorat SMK, BP2MI, SMK almamater calon tenaga kerja, dan para calon tenaga kerja Caregiver ke Jepang.

Acara yang diikuti 10 SMK dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, DI Yogyakarta, DKI Jakarta ini akan menyiapkan 188 lulusan SMK yang akan bekerja di Jepang sebagai Caregiver.

10 SMK yang telah berkontribusi untuk penyiapan tenaga Caregiver adalah SMKN 8 Semarang; SMKN 2 Malang;SMK Citra Medika Sragen; SMKN 28 Jakarta; SMK Annisa 3 Bogor; SMK Taruna Terpadu 1 Bogor; SMK Muhammadiyah 3 Metro; SMK Sari Farma Depok; SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia Kulonprogo; SMKS Plus NU Sidoarjo.

Dalam program pelatihan tenaga kerja ini menyiapkan alumni SMK lulusan tahun 2020 Pada Bidang Keahlian Kesehatan untuk bidang Bahasa dan budaya Jepang serta kompetensi Caregiver.

Pelatihan ini melibatkan beberapa lembaga pelatihan, antara lain Koba Mirai Japan. Peserta pelatihan akan mendapatkan 2 sertifikat sekaligus, yakni Sertifikat Bahasa Jepang setingkat N4 dan Sertifkat Kompetensi Teknis Caregiver/Careworker dari Prometric, yang keduanya merupakan syarat utama untuk bekerja di Jepang.

Melalui pesan tertulisnya Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto, yang mempunyai pengalaman 3,5 tahun di Kobe Jepang, mengingatkan bahwa dengan kondisi Jepang serta beberapa negara lain yang mengalami situasi yang sama, misalnya Korea Selatan dan Taiwan, maka inilah peluang bagi para pejuang dan pahlawan devisa.

Tidak hanya dalam bidang Caregiver, tetapi juga bidang-bidang pekerjaan lainnya, karena jumlah anak muda atau angkatan kerja mereka semakin berkurang; yang terus bertambah justru populasi pensiunan.

Hal ini dapat menjadi peluang meraup devisa luar negeri melalui penciptaan tenaga kerja internasional yang terampil, kompeten, unggul dan berkarakter.

Dalam sambutannya, Dr Ir. M Bakrun, MM, Direktur Sekolah Menengah Kejuruan menegaskan bahwa Program pelatihan tenagakerja SMK ke Jepang ini disentuh melalui bantuan Retooling (Penguatan) SMK maupun Pusat Keunggulan/Center of Excellence.

Prioritas program ini adalah lulusan SMK Kesehatan (Kompetensi Keahlian Perawat Kesehatan, Keperawatan Sosial dan Pekerja Sosial/Social Worker) tahun 2020, dikarenakan pada akhir pembelajaran mereka terkendala pandemi Covid-19, sehingga baik pembelajaran maupun pengujiannya tidak dapat berjalan lancar.

Para calon peserta pelatihan telah disiapkan oleh sekolah masing-masing dalam kemampuan Bahasa Jepang setara N5. Kemampuan Bahasa tersebut akan ditingkatkan untuk mencapai sertifikat dari Japan Foundation untuk kemampuan Bahasa Jepang selevel JLPT N4 atau setara JFT Basic A2 dan memiliki sertifikat lulus Skill Exam Careworker dari Prometric yang akan ditempuh melalui pelatihan selama 4 s.d. 6 bulan.

Seperti diketahui berbagai pihak, bahwa pandemi menyebabkan banyak PHK, namun tenaga Caregiver justru banyak dibutuhkan, karena banyak lansia tidak dimungkinkan bepergian dan membutuhkan pedamping untuk aktivitasnya.

Terlebihl agi Jepang, sebagai negara yang berpenduduk mayoritas lansia mempunyai kebutuhan sebanyak60.000 selama 5 tahun dan demand tahun 2020 sebanyak 1.200, untuk tenaga Caregiver melalui visa kerja/Tekutugino dengan penghasilan yang menggiurkan, demikian dijelaskan Drs.Dwianto, MSi, Deputi Penempatan dan Perlindungan Kawasan Amerika Dan Pasifik BP2MI.

Baik Direktur SMK maupun Deputi Penempatan dan Perlindungan Kawasan Amerika Dan Pasifik BP2MI, telah sepakat untuk terus menigkat kankolaborasi agar kebekerjaan lulusan SMK semakin meningkat.

M. Bakrun mengharapkan pada masa mendatang siswa SMK dapat dijajaki minatnya untuk bekerja di dalam atau di luar negeri. Bila berminat keluar negeri maka akan disiapkan sejak kelas 11 (kelas II SMK) dengan penguatan Bahasa dan budaya negara tujuan, agar langsung siap bekerja di luar negeri begitu lulus dari SMK.

Pada kesempatan yang sama, Dwi Ananto mengingatkan agar para calon tenaga kerja selalu menjaga kesehatan agar benar-benar siap untuk diberangkatkan bekerja keluar negeri, serta menghindarkan keadaan sehat di dalam negeri tetapi gagal bekerja, karena mengalami sakit saat di luar negeri.(Adv)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *