16 Stikes Studi Banding ke India

Ferry Sandi/Jawa Pos BELAJAR BARENG: HPTKes lakukan studi banding ke India.

JAKARTA – Perkembangan ilmu pengetahuan di negeri India menarik minat kampus di dalam negeri untuk bekerja sama. Misalnya dengan yang dilakukan Himpunan Perguruan Tinggi Kesehatan Indonesia (HPTKes).

Pada akhir Januari lalu HPTKes resmi menandatangani MoU kerja sama dengan kampus India. Kemudian pada 10-17 Februari kemarin anggota HPTKes melakukan studi banding ke India.

Ada 16 anggota HPTKes yang ikut serta, yaitu Stikes Guna Bangsa Yogyakarta, Stikes Awal Bros Pekanbaru, Stikes Insan Cendikia Jombang, Stikes Widya Husada Semarang, Stikes Widya Nusantara Malang, Akademi Kebidanan Duta Dharma Pati, STIK Tamalatea Makassar, Stikes Mega Buana Palopo, Universitas Harapan Bangsa, STIE Stembi Bandung, STIE Ilmu Ekonomi Islam, AMIK YMI, serta dua kampus dari sekitaran Jakarta yaitu Stikes Banten serta Stikes Bani Saleh Bekasi.

Ada beberapa kerja sama yang disepakati. Diantaranya pertukaran dosen-mahasiswa, pelaksanaan seminar internasional, riset bersama serta melanjutkan studi S3 bagi dosen yang sudah memiliki gelar S2.

“Dalam waktu tiga bulan ke depan, sudah ada mahasiswa maupun dosen yang studi di India. Dari semua bidang farmasi, perawat, bidan, kesehatan masyarakat,” sebut Sekjen HPTKes, Gunarmi Solikhin.

Namun, untuk melangkah lebih jauh diperlukan izin dari Ristekdikti kepada empat kampus India yang bekerja sama. Keempat kampus itu yakni Krupanidhi Group of Institutons, Sharda University dan Nitte Group of Institutions, Acharya Institutes. Karena itu, pada kunjungan ke India lalu, sekaligus mendatangi Kedubes Indonesia untuk India di New Delhi.

Selain Ibu Kota India tersebut, rombongan HPTKes juga mengunjungi empat kampus yang berada di Bungalor serta Mangalor itu. Termasuk dua RS milik kampus, yaitu Nitte Hospital serta Acharya Hospital.

“Kami mengadakan seminar di masing-masing kampus dengan lima guest lecturer dari kampus di Indonesia. Yang berkesempatan untuk sharing dengan akademisi di sana,” sebut Gunarmi.

Salah satu yang terbang ke India adalah Ketua Stikes Bani Saleh Shintha Silaswati. Ia mengaku takjub dengan sistem kesehatan yang sudah diterapkan di India. Misalnya integrasi pelayanan antara rumah sakit dan institusi pendidikan amat terkait.

“Misal ketika ada masalah baru dari pasien, RS memberikan ruang kepada PT atau fakultas untuk investigasi. Hasilnya dipublikasikan di depan dokter, perawat. Jadi sinergitasnya terasa,” kata Sinta.

Ini yang membuat hasil paten dari setiap kampus di India terbilang banyak. Satu kampus bisa memiliki ribuan paten. Ilmu baru ini yang bisa diambil oleh kampus-kampus di Indonesia, “Di kita seperti ada gap. Ilmu pengetahuannya sudah tinggi tapi pelayanannya belum sampai. Saya kira ini menarik untuk dipelajari oleh kampus-kampus kita,” sebut Sinta.

 

(fer)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *