Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia Kini Ganti Nama Jadi PKP, Maksudnya?

PKPI
Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Abdullah Makhmud Hendropriyono (kiri) mengambil nomor urut partai politik peserta pemilu, Jumat (13/4). PKPI akhirnya lolos menjadi parpol peserta pemilu 2019 setelah menang di PTUN. Partai itu kini dipimpin oleh Yussuf Solichien dan berganti nama menjadi PKP. (dok JawaPos.com)

JAKARTA -– Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) kini berganti nama menjadi Partai Keadilan dan Persatuan (PKP). Hal tersebut diutarakan oleh Sekretaris Jenderal PKP Said Salahudin.

“Saat ini saya secara resmi telah ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal PKP yang sebelumnya bernama PKPI. Sebuah partai politik yang memiliki ratusan kursi DPRD yang tersebar di seluruh Indonesia,” ujar Said kepada JawaPos.com, Kamis (2/9).

Bacaan Lainnya

Said mengatakan, melalui partai yang didirikan oleh para tokoh bangsa ini, diantaranya Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno yang juga Wakil Presiden Indonesia ke-6, dirinya berkomitmen untuk sekuat tenaga memperjuangkan cita-cita para pendiri negara, antara lain mewujudkan persatuan bangsa, dengan seerat-eratnya, sekukuh-kukuhnya.

“Saya merasa risau dan terganggu dengan munculnya polarisasi politik di bumi Indonesia yang sudah berlangsung cukup lama dan telah menimbulkan keretakan sosial diantara elemen masyarakat,” katanya.

Atas dasar kegelisahan yang mendalam pada kondisi bangsa itulah dirinya terdorong dan memutuskan untuk terjun ke dalam partai politik dengan memilih PKP sebagai alat perjuangan.

“Hari ini berkobarlah saya punya semangat yang ingin juga saya tularkan kepada seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama berjuang membangun persatuan di bumi Indonesia, bersama saya, bersama PKP, rumah besar para pejuang,” ungkapnya.

Said juga mengatakan, semua pihak harus melenyapkan kepentingan diri sendiri. Hanya dengan jalan demikianlah dapat membentuk negara Indonesia merdeka yang kekal-abadi, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

“Soesanto Tirtoprodjo pernah mengingatkan sejarah negara kita telah memberi pelajaran bahwa jatuhnya bangsa Indonesia ke dalam lumpur penjajahan ialah adanya perceraian diantara bangsa kita sendiri. Hal ini hakikatnya terjadi karena selain musuh yang dari luar, ada pula musuh yang datang dari dalam hati kita sendiri, yaitu egoisme dan sifat-sifat perseorangan. Tabiat egoisme itulah yang harus bisa kita atasi,” katanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *