Kisah Idris Ali Ridho

SEPULANG sekolah di SMPI Al-Falah Baron, Nganjuk, Rabu siang itu (11/4), M. Idris Ali Ridho dan Bagus Baihaki berniat mengunjungi temannya di Kepung, Kediri. Karena tak punya ongkos, keduanya menumpang truk. Tak disangka di situlah dua siswa ini mengalami petaka.

Kondisi Muhamad Idris Ali Ridho masih belum pulih benar setelah kejadian meloncat dari atas truk trailer, Rabu silam (11/4). Ketika ditemui Jawa Pos Radar Kediri di rumahnya, Dusun Sumberejo, Desa Besowo, Kecamatan Kepung, ia masih belum bisa berjalan sempurna.

Bacaan Lainnya

Kaki kirinya tampak masih dibalut perban. Tepatnya di bagian pergelangan kaki. Untuk berjalan pun, remaja ini harus dibantu dengan kruk. Jumat siang itu (13/4) saat wartawan koran ini menemuinya, Ridho terlihat duduk santai di ruang tamu rumahnya.

Tangannya memegangi kruk yang sementara ini setia menemaninya melangkah. Sebab tanpa alat bantu berjalan dari kayu itu, kakinya masih sakit untuk dipakai berjalan. Terutama kaki yang sebelah kiri. “Ya Mas kalau nggak pakai kruk masih terasa sakit. Jadi kalau jalan ya disangga (kruk) ini,” papar pelajar kelas VII Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) Al-Falah Baron, Nganjuk ini.

Kaki kiri Ridho memang patah. Dirinya mendapat perawatan selama sehari di RSUD Pare, Desa Pelem, Kecamatan Pare. “Setelah dirawat dan diobati rasanya sudah baikan,” tutur remaja 14 tahun ini.

Lantas bagaimana ceritanya hingga dirinya mengalami cedera? Di balik cedera itu, ternyata Ridho mengalami insiden berujung maut. Pasalnya, akibat insiden tersebut, Bagus Baihaki, teman sekolahnya di SMPI Al-Falah Baron meninggal. Hal itu lantaran remaja 13 tahun asal Dusun Sambirobyong, Desa Jekek, Baron, Nganjuk dan Ridho nekat meloncat dari truk yang melaju kencang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *