Ini Tiga Alasan BPOM Kenapa Pelabelan BPA itu Penting Dilakukan

Hasil pengawasan BPOM terhadap kemasan galon AMDK
ILUSTRASI. Hasil pengawasan BPOM terhadap kemasan galon AMDK menunjukan migrasi BPA di bawah 0,01 bpj dari batas aman 0,6 bpj. (Istimewa)

Sementara itu, Agustina Puspitasari selaku Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Tidak Menular PB IDI menambahkan bahwa terkait informasi BPA soal dampak kepada kesehatan, bahwa polikarbonat jelas berdampak sesuai apa yang sudah disampaikan BPOM. BPA mempengaruhi fisiologi yang dikendalikan oleh endokrin, kelenjar prostat dan perkembangan otak pada janin, bayi dan anak-anak. Penelitian lain juga menunjukkan kemungkinan hubungan antara BPA dengan peningkatan tekanan darah, diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

Bacaan Lainnya

“Kami sepakat dengan apa yang dikatakan oleh BPOM bahwa BPA bisa mempengaruhi hormon manusia, kelenjar prostat, perkembangan otak pada janin. Dan beberapa studi terkait pemaparan ini, BPA bisa menyebabkan penyakit pada wanita hamil, terutama pada saat Prenatal akan mepengaruhi prilaku anak, “terangnya.

Menurutnya sudah banyak penelitian yang dilakukan, bahwa bahaya BPA faktor resikonya cukup banyak. Ini bisa berbahaya untuk tekanan darah hingga diabetes. Berdasarkan catatan dirinya, BPA diluar Negeri memang sudah dilarang dan sudah ada pelabelan.

“Nah kami IDI, tekait pelabelan BPA memang mendukung pelabelan BPA pada kemasan plastik apapun bentuknya. IDI juga merekomendasikan tidak hanya memberikan pelabelan BPA pada AMDK saja, tapi pada kemasan makanan dan minuman lain, “jelasnya.

BPA adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membuat sejenis plastik polikarbonat, sering digunakan untuk FCM (Food Contact Materials) seperti kemasan air galon atau sebagai resin epoksi dalam lapisan pelindung kaleng untuk pangan atau minuman. Data dari Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa sekitar 78 persen industri menggunakan plastik untuk makanan dan minuman kemasan. Sementara sekitar 16,5 persen sisanya digunakan untuk kemasan minuman berkarbonasi.

“Secara global, BPA banyak digunakan pada produk-produk seperti botol air yang dapat digunakan kembali, plastik polikarbonat, plastik pengemas, pelapis kaleng makanan, pipa air. Migrasi partikel BPA  ke dalam makanan atau minuman yang bersinggungan langsung pada kemasan primernya menimbulkan keprihatinan mengingat dampak risiko kesehatan yang ditimbulkannya, “tegasnya.(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *