JAKARTA — Kasubdit Penyidikan Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) Polri Dr Imam Subandi mengatakan aksi terorisme di Indonesia merupakan metamorfosis dari rasa ketidakpuasan kekuasaan politik di masa lalu. “Kalau kita lihat sejarah awalnya tidak murni agama tetapi politik kekuasaan,” kata Imam Subandi di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan keadaan sekarang tidak bisa dilepaskan dari sejarah masa lalu saat terjadi revolusi 1945-an dan 1980-an munculnya Negara Islam Indonesia (NII) yang kemudian bermetamorfosis.
Dari ketidakpuasan tadi, kemudian disakralisasi dan diubah ke arah isu-isu agama yang pada akhirnya muncul penggunaan isu-isu keagamaan menjadi dasar atau alasan lahirnya aksi-aksi teror.
Saat NII muncul pemerintah mengambil langkah tegas dengan menumpas organisasi tersebut. Tidak sampai di situ lahir pula Jamaah Islamiyah (JI) kemudian bermetamorfosis menjadi Majelis Mujahidin Indonesia dan lain sebagainya.
Jika ditarik benang merah jauh ke belakang, kata Imam Subandi, maka aksi-aksi terorisme yang terjadi masih berkaitan dengan masa lalu.
Hal itu, lanjutnya, juga masih berkaitan dengan hilangnya tujuh kata dalam Pancasila dan terkait penumpasan yang cukup keras terhadap orang-orang yang menginginkan Indonesia dibangun atas dasar hukum Islam.