“Kami tidak tahu siapa pelaksananya, bahkan saat ditanya kepada para pekerja mereka pun mengaku tidak tahu. Kami sudah sampaikan persoalan ini kepada Dinas P dan K, dan telah ditindaklanjuti dengan melakukan pengecekan ke lokasi,” ujarnya.
Akibat mangkraknya proses pembangunan itu, lanjut Aep, membuat kondisi dua ruangan tersebut terkesan kumuh, bahkan anak-anak peserta didik tidak bisa menggunakan ruang serbaguna serta para guru pun terpaksa harus dipindahykan ke ruang perpustakaan sekolah.
“Ya dampaknya bisa dilihat sendiri, ruangan kumuh dan tidak bisa difungsikan. Padahal, ruang serbaguna ini biasa digunakan soleh anak-anak dalam kegiatan keagamaan, olahraga dan lainnya. Kalau guru, ya terpaksa ngungsi ke perpustakaan,” ungkap Aep.
Aep juga berharap, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi dapat segera menyelesaikan persoalan ini. Karena memang, tidak lama lagi sekolah tersebut akan berhadapan dengan akreditasi.
“Ya harapan kami ada kejelasan saja, jika seperti ini mau bagaimana. Apalagi pada Oktober nanti kami akan nmelakukan akreditasi yang salahsatu indikator penunjangnya adalah fisik banguanan,” tutupnya.
Ditemui terpisah, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi, Hasan Ashari menambahkan, hingga saat ini pihaknya telah menindaklanjuti permasalahan tersebut dengan mendatangi lokasi dan berkoordinasi dengan pimpinan untuk menentukan langkah selanjutnya.
“Ya, kami sudah melihat ke sekolah-sekolah itu. Saat ini, kami sedang mencari informasi lengkap tentang ini. Tentunya, persoalan ini kami akan selesaikan sesuai dengan kaidah dan aturan yang berlaku. Tapi, jika dilihat dari perencanaan dan program, kegiatan rehabilitasi rehab sekolah itu tidak ada pada anggaran tahun lalu maupun tahun ini,” pungkasnya.
(upi/e)
