Tips Sehat di Era New Normal

dr. Putri Adinie Esca Nissa dokter Internsip RSI.Assyifa Sukabumi

Bismillahirrahmaanirrahim, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tiga bulan sudah Indonesia berperang melawan pandemic Covid-19 yang terhitung sejak awal Maret 2020, namun dikarenakan kondisi pandemic yang terus berlanjut, imbauan untuk bediam dirumah saja kini sudah berganti dengan ajakan untuk berdamai dengan Covid-19 dan muncul istilah baru yaitu New Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).

Bacaan Lainnya

Artinya, sektor-sektor krusial seperti pendidikan, ekonomi maupun sektor lainnya sudah dipersiapkan sedemikian rupa agar bisa kembali bergerak tapi dengan modifikasi tertentu agar penyebaran penyakit ini bisa tetap berkurang.

Lantas, apa itu sebenarnya New Normal? Dikutip dari website Direktorat Promosi Kesehatan Kemenkes adapun yang dimaksud dengan New Normal adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh masyarakat dan semua institusi yang ada di wilayah tersebut untuk melakukan pola harian atau pola kerja atau pola hidup baru yang berbeda dengan sebelumnya.

Bila hal ini tidak dilakukan, akan terjadi risiko penularan. Tujuan dari New Normal adalah agar masyarakat tetap produktif dan aman dari Covid-19 di masa pandemi.

Selanjutnya agar New Normal lebih mudah diinternalisasikan oleh masyarakat maka “New Normal” dinarasikan menjadi “Adaptasi Kebiasaan Baru”. Maksud dari Adaptasi Kebiasaan Baru adalah agar kita bisa bekerja, belajar dan beraktivitas dengan produktif di era Pandemi Covid-19.

Namun, satu hal yang perlu kita tekankan bahwa New Normal bukan berarti Covid-19 sudah tidak ada sehingga kita bisa berleha-leha melakukan kegiatan tanpa memperhatikan protocol kesehatan yang sudah dibuat oleh pemerintah.

Idealnya, konsep New Normal baru dapat dilakukan saat kurva infeksi sudah melandai, dan menandakan jumlah kasus Covid-19 baru sudah berkurang setiap harinya.

Di Indonesia, kurva ini sama sekali belum landai, bahkan masih terus menanjak dan bisa jadi belum mencapai puncaknya. Karena itu dengan dibukanya kembali fasilitas public ataupun kegiatan lainnya, masyarakat seharusnya lebih waspada, bukan sebaliknya menyalah artikan bahwa new normal adalah kembali ke kehidupan normal, sehingga menyebabkan resiko tertular Covid-19 lebih tinggi.

Kita dituntut untuk mampu mengadaptasi/ menyesuaikan kebiasaan baru dimanapun kita berada, seperti di rumah, di kantor, di sekolah, di tempat ibadah, dan juga di tempat-tempat umum, seperti terminal, pasar, dan mal. Diharapkan dengan seringnya menerapkan kebiasaan baru dimanapun, semakin mudah dan cepat menjadi norma individu dan norma masyarakat.

Dengan demikian, kita bisa bekerja, belajar, beribadah dan beraktivitas lainnya dengan aman, sehat dan produktif. Adaptasi kebiasaan baru yang dimaksud adalah:

• Sering cuci tangan pakai sabun

• Wajib membawa hand sanitizer sehingga dapat digunakan apabila tidak ada air mengalir dan sabun

• Pakai masker apabila bepergian keluar rumah

• Tetap melakukan jaga jarak

• Istirahat cukup dan rajin olahraga

• Makan makanan bergizi seimbang

• Membatasi aktivitas di luar rumah, meski tempat publik sudah buka

• Membeli bahan kebutuhan sekaligus untuk jangka waktu satu minggu atau satu bulan jika memungkinkan sehingga tidak perlu bolak-balik ke supermarket

• Mengutamakan opsi belanja online atau mencari toko yang tidak terlalu padat pembeli

• Menghindari keramaian dan lebih berhati-hati ketika bepergian, terutama bagi lansia Untuk lansia, jika terpaksa harus bepergian harus lebih cermat dan sebisa mungkin hindari tempat ramai.

Dan sekali lagi, bahwa meski sudah memasuki fase New Normal, bukan berarti kita dapat langsung rileks dan bertindak seolah corona sudah tidak ada. Kedisiplinan adalah kunci, jika kita ingin bisa secepatnya menyingkirkan penyakit ini dari Indonesia. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *