“Mengenal Disfungsi Seksual Wanita”

RADARSUKABUMI.COM– PADA dasarnya terjadinya disfungi (gangguan) seksual pada kaum wanita memang masih dikatakan belum lazim. Bahkan terkadang mereka tidak menyadari bahwa ia memiliki gangguan seksual. Para ilmuwan pun sangat sulit mengurai gangguan fungsi seksual wanita.

Salah satu pakar psikoanalisa Sigmund Freud mengatakan bahwa hakikatnya seksualitas wanita itu tersimpan rapat dalam jiwa, tak heran jika kaum wanita relasi mesra hubungan antara pasangan suami isteri, jauh lebih bermakna dari pada sekadar pencapaian orgasme semata.

Bacaan Lainnya

Seksualitas wanita telah terbukti dipengaruhi oleh berbagai faktor, bukan saja hormon, tetapi juga bagaimana ia memandang dirinya. Juga sejauh mana relasi dengan pasangan tetapnya. Dan kenyataan yang tersembunyi ini tidak banyak disadari oleh kaum pria.

Hakiktanya gangguan dorongan seksual wanita dapat berupa dorongan seksual yang “hipoaktif” atau terjadi gangguan seksual yang “aversi”. Dorongan seksual hipoaktif dapat diartikan dorongan seksual yang lenyap sehingga tidak merasa bergairah dalam melakukan segala bentuk aktivitas seksual/hubungan seksual.

Sedangkan yang dikatakan dorongan seksual aversi diartikan telah munculnya perasaan tidak suka (senang). Bahkan, diliputi rasa takut apabila melakukan aktivitas seksual sehingga cenderung menghindari dan menolak hubungan intim dengan pasangannya.

Menurut hasil Konsensus Internasional Klarifikasi Disfungsi Seksual Wanita (1999), tim riset melihat ada empat hal pokok yang sangat mempengaruhi kepuasan hubungan seksual pada wanita, yaitu; gangguan libido, rangsang seksual, orgasme, dan adanya rasa nyeri.

Secara lebih khusus, gangguan libido terjadi bila fantasi atau pikiran tentang seks berkurang atau hilang sama sekali. Demikian pula keinginan untuk melakukan aktivitas seksual, dan reaksi terhadap rangsangan seksual. Berbagai hal ini bisa mengakibatkan ‘stress’ bagi yang bersangkutan. Gangguan libido juga dapat berupa ketakutan atau penghindaran kontak seksual dengan pasangan yang menetap atau berulang.

Sedangkan gangguan rangsang seksual ditandai oleh ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan rangsang seksual dalam bentuk lubrikasi. Sementara gangguan orgasme ditandai oleh kesulitan untuk mencapai orgasme, walaupun sudah ada rangsang seksual yang cukup. Penyebab terakhir ialah gangguan rasa nyeri pada saat senggama atau kejang otot disekitar vagina.

Hasil dari wawancara yang intensif selama empat minggu dan pengisian kuesioner pada 560 responden wanita, tim menyimpulkan 86% responden wanita mengalami masalah libido, 31% orgasme, 21% arousal, dan 21% dispareunia atau gangguan nyeri.

Dalam situs “Overcoming Female Seksual Dysfunction.com” pun telah mencatat, 43% wanita menderita salah satu jenis disfungsi seksual. Sementara wanita antara usia 25- 50 tahun yang berada dalam masa ‘pramenopouse’ adalah yang paling sering terkena.

Dalam konteks ini, jika dijabarkan secara luas bahwa terjadinya gangguan seksual pada wanita memang cukup beragam. Para ahli menuturkan ada beberapa hal yang diketahui bisa menjadi penyebabnya, diantaranya;

(1) Faktor fisik.

Kondisi fisik, seperti arthritis, gangguan kemih, operasi panggul, kerusakan saraf, menopause, jantung, kelelahan dan masalah neurologis lainnya bisa berkontribusi terhadap masalah seksual. Serta obat-obatan tertentu bisa juga mengurangi gairah seks dan kemampuan tubuh dalam mencapai orgasme;

(2) Hormon.

Perubahan hormon bisa menyebabkan perubahan dalam jaringan “genital” dan respons seksual. Lipatan kulit labia menjadi lebih tipis sehingga lebih mengekspos klitoris yang membuat sensifitasnya berkurang atau mengakibatkan sensasi kesemutan dan rasa seperti tertusuk. Kondisi ini membuat seseorang perlu lebih banyak stimulasi dan kadang hubungan seksual menjadi menyakitkan sehingga akan mempengaruhi keinginan dalam melakukan aktivitas seksual.

(3) Psikologis dan sosial.

Timbulnya rasa cemas, depresi atau stress yang berkepanjangan menurut penelitian bisa mengakibatkan terjadinya disfungsi seksual. Untuk itu, tidak ada salahnya untuk saling terbuka dengan pasangan termasuk dalam masalah hubungan seksual.

Dalam paparan ini cukup terlihat, penyebab gangguan atau disfungsi seksual pada wanita memang jauh lebih luas dari yang kita duga. Sementara obat-obatan untuk melawannya lebih ditujukan hanya untuk melawan depresi saja. Sesuatu yang salah sasaran lantaran obat-obatan ini malah akan berdampak memudarnya atau turunnya libido dalam tubuh.(*)

 

Oleh: Budi Imansyah. S, sanitarian
*UPTD Puskesmas Sukaraja Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *