“Bebas Asap Rokok Cermin Budaya Sehat”

RADARSUKAUMI.com – Tak bisa dipungkiri bahwa kebiasaan merokok telah menjadi tradisi dan budaya diberbagai belahan dunia ini, termasuk negara kita. Rasanya cukup ironis, bagaimana manusia sangat memperhatikan keseimbangan alam akibat proses industrialisasi dan transportasi yang dapat mengakibatkan beragam pencemaran udara. Tetapi, disisi lain mereka dengan sengaja mengalirkan gas produksi pembakaran rokok ke paru-parunya sendiri.

Harus diakui bahwa bicara tembakau dan rokok memang merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hal ini selalu menjadi pro dan kontra karena menyangkut beragam kepentingan. Tak bisa dipungkiri bahwa tembakau yang diracik dan diolah menjadi rokok telah menjadi sebuah industri yang cukup menyokong perekonomian bangsa. Tetapi ancaman kesehatan yang diakibatkan oleh rokok telah menjadi bayang-bayang hitam yang siap mencabut nyawa bagi para pecandu rokok di seluruh dunia

Bacaan Lainnya

Padahal sudah bukan merupakan barang baru bahwa rokok merupakan produk yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Tak heran jika kebiasaan merokok menjadi salah satu indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Beragam upaya telah dilakukan pemerintah dalam memberikan informasi, misalnya dengan memasang poster dan pamplet tentang bahaya rokok ini, iklan melalui media elektronik dan cetak. Bahkan, didalam bungkus rokoknya sendiri pun tertera peringatan keras : “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin”.

Menurut Menteri Kesehatan RI, Nafsiah Mboi, seperti yang dilansir dari “Kompas Health” disebutkan bahwa jumlah pria perokok di Indonesia mengalami peningkatan hingga dua kali lipat sejak tahun 1980, di mana prevalensinya tercatat sebagai yang kedua tertinggi di dunia. Berdasarkan penelitian tersebut, prevalensi kebiasaan merokok masyarakat Indonesia mengalami kecenderungan peningkatan hingga tahun 2012. Diperkirakan sekitar 52 juta orang Indonesia mempunyai kebiasaan merokok.

Secara global, bila dilihat dari sudut usia, prevalensi merokok antara tahun 1980 dan 2012 menunjukkan adanya penurunan sebesar 42% pada wanita, dan 25% pada pria. Sejak tahun 1980, negara-negara yang telah memangkas angka prevalensi merokok hingga setengahnya, yaitu ; Norwegia, Meksiko, Islandia, dan Kanada.

Adapun angka prevalensi merokok di Indonesia cukup menyedihkan. Indonesia adalah satu diantara 12 negara yang menyumbangkan angka sebesar 40% dari total jumlah perokok yang ada di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sebanyak 57% pria Indonesia dikategorikan sebagai perokok aktif. Angka ini merupakan yang kedua tertinggi di dunia. Lebih dari 50 % pria di beberapa negara seperti Timor Leste, Armenia, Rusia, termasuk Indonesia diketahui mempunyai kebiasaan merokok setiap harinya.

Tidakkah disadari bahwa asap yang keluar dari sebatang rokok yang dihisap oleh para pecandu (pecinta) rokok, tidak kurang dari 4000 zat kimia beracun. Zat kimia yang dikeluarkan ini terdiri dari komponen gas (85%) dan partikel. Nikotin, gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, amoniak, akrolein, asetilen, benzoldehide, urethane, benzene, methanol, ortokresol dan merupakan sebagian zat yang membahayakan dari beribu-ribu zat didalam rokok.

Menurut penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap satu jam, tembakau rokok telah membunuh 560 orang diseluruh dunia. Jika dihitung dalam satu tahun terdapat 4,9 juta kematian didunia yang disebabkan oleh tembakau rokok. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800 zat kimia, yang sebagian besar merupakan racun dan zat pemicu kanker (karsinogen). Adapun bahaya rokok terhadap kesehatan manusia menurut dampaknya terbagi menjadi;

Pertama, dampak bagi perokok aktif. Perokok aktif adalah orang yang menggunakan/ mengonsumsi rokok secara langsung. Rokok dapat menyebabkan kanker pundi kencing, kanker perut, kanker usus dan rahim, kanker mulut, kanker esophagus, kanker tekak, kanker pankreas, kanker payudara, kanker paru-paru, penyakit saluran pernapasan kronik, stroke, kropos tulang, penyakit jantung, kemandulan, putus haid awal, melahirkan bayi cacat, batuk, bronkritis, impotensi, kerusakan mata, emfisirna, dan lain sebagainya.

Kedua, dampak bagi perokok pasif yaitu orang yang menghirup langsung asap rokok. Hal ini bisa menyebabkan resiko kanker paru-paru dan penyakit jantung, masalah pernapasan termasuk radang paru-paru dan bronkritis, sakit atau pedih mata, sakip kepala, batuk, dan nyeri di kerongkongan.
Budaya sehat

Dengan niat yang sungguh-sungguh, kesadaran dan kemauan yang tinggi tidaklah mustahil jika kebiasaan merokok ini bisa dikurangi, bahkan dihentikan. Selain kita bisa mengimplementasikan budaya sehat dalam kehidupan sehari-hari, mengurangi atau menghentikan merokok juga merupakan solusi dalam upaya mengurangi angka kematian global.

Dalam hal ini, langkah yang mungkin bisa dilakukan dalam membudayakan hidup sehat yaitu dengan mengurangi efek kecanduan/kebiasaan rokok, diantaranya;

1. Pikirkanlah hal-hal yang menyenangkan yang akan terjadi pada tubuh ketika masa krisis karena berhenti merokok (biasanya 1,5 sampai 2 minggu);

2. Bergaulah dengan orang yang tidak merokok dan sering-seringlah pergi ke tempat yang ruangannya ber-AC;

3. Carilah pengganti rokok, seperti permen atau gula;

4. Kebisaan merokok sambil ngopi maka gantilah dengan jus buah, sirup, dll;

5. Banyaklah minum air putih dan buah-buahan setiap kali timbul keinginan untuk merokok;

6. Lakukan olah raga secara teratur dan terukur;

7. Pijatlah daerah punggung dan leher, lalu tariklah napas dalam-dalam;

8. Pindahkanlah atau buang jauh-jauh hal-hal yang berhubungan dengan rokok.

Pada akhirnya, menutup atau menghilangkan rokok sama sekali rasanya memang tidak mungkin. Sebab, dunia industri rokok sudah menjadi bagian penting dari sistem perekonomian bangsa karena menghasilkan devisa negara yang cukup besar.

Masih banyak cara yang bisa dilakukan dalam upaya mengurangi atau bahkan berhenti total dari kebiasaan merokok. Mudah-mudahan dengan berbagai langkah tadi, para pecandu rokok di Indonesia akan mampu merubah paradigma dalam kesehariannya dengan selalu membudayakan hidup sehat dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai hal tersebut tentunya salah satunya dengan menghentikan kebiasaan merokok. (*)

 

Oleh: Budi Imansyah.
*Sanitarian UPTD Puskesmas Sukaraja

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *