Refleksi Hari Ibu Ala BPKK DPD PKS Kabupaten Sukabumi (2 habis)

Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi Periode 2019-2024 dari Fraksi PKS, Ai Sri Mulyati.

Ai Sri Mulyati adalah sosok perempuan sekaligus ibu yang sederhana. Sifatnya yang merakyat serta memiliki jiwa sosial yang tinggi, membuat dirinya tidak ada sekat dengan masyarakat. Tidak heran dengan kesederhanaannya itu, mengundang banyak simpati dari berbagai pihak dan ia pun dikenal tekun dalam beribadah.

Di momen Hari Ibu 2019 yang jatuh setiap 22 Desember, perempuan berhijab yang kini mendapat amanah sebagai Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi Periode 2019-2024 dari Fraksi PKS punya pandangan khusus. Apa itu?

Bacaan Lainnya

Berikut liputannya.

SRI SUMARNI, Sukabumi

Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi Periode 2019-2024 dari Fraksi PKS, Ai Sri Mulyati ini mudah ditemui, apalagi di saat masyarakat Kabupaten Sukabumi memerlukannya. Sosoknya yang sederhana, penyayang, ramah dan cerdas, membuatnya sangat dicintai oleh masyarakat. Maka jangan heran ia pun memiliki banyak teman, relasi, dan selalu dimudahkan segala urusannya.

Bahkan ketika Radar Sukabumi bersilaturahmi dengan Ustazah Ai, begitu ia disapa, di Sekretariat DPD PKS Kabupaten Sukabumi, sikap yang paling utama terlihat adalah ketika dirinya menerima dengan tangan terbuka dan senyum yang tulus untuk berdiskusi seputar peranan seorang ibu.

Suasanapun semakin hangat, dan akrab. Di situlah pembicaraan seputar ibu dimulai. Tidak jauh berbeda dengan Pembina Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPD PKS Kabupaten Sukabumi, Any Tri Hendarini, sebelumnya. Ustazah Ai pun menilai sosok perempuan/ibu itu sebagai pencetak peradaban, pencetak generasi yang saleh dan salehah.

Kemudian Ustazah Ai yang juga Pembina Cabang Dakwah (Cada) 5 Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPD PKS Kabupaten Sukabumi ini pun mengisahkan tentang perjuangan Siti Hajar dalam mendidik anaknya Nabi Ismail AS. Siti Hajar merupakan istri dari Nabi Ibrahim AS.

“Siti Hajar adalah wanita yang begitu mulia, cantik jelita lagi penuh kesabaran juga ketegaran. Sebagai seorang istri, Siti Hajar begitu patuh pada suami. Ia juga sosok yang begitu tegar, tabah juga senantiasa bertawakal hanya kepada Allah semata,” tutur Ustazah Ai kepada Radar Sukabumi, Sabtu (21/12).

Menurutnya, Siti Hajar menjadi cerminan sebagai seorang istri/ibu yang kuat dan tidak mudah putus asa meski kesulitan bertubi-tubi menimpanya. Apalagi saat melahirkan dan mendidik anaknya Nabi Ismail AS.

Dengan segala keterbatasannya, Siti Hajar mampu melahirkan, mendidik dan membesarkan Ismail menjadi anak yang luar biasa hebatnya di mana yang ditanamkan Siti Hajar itu lebih kepada bagaimana mendidik karakter, keislaman, dan ketauhidan yang luar biasa.

Dari situ, lanjut Ustazah Ai, terlihat bahwa sosok perempuan/ibu itu adalah pencetak peradaban. Diantaranya ibu bisa melahirkan generasi-generasi yang baik dan saleh.

“Tugas kita sebagai perempuan sekaligus ibu, walaupun kita tugas di luar (bekerja,red) tapi tetap tugas utama kita itu di rumah mempersiapkan kebutuhan dan pendidikan anak, kebutuhan suami, meski begitu kita perlu berbagi tugas dengan suami,” ajaknya.

Baginya, keluarga merupakan basis peradaban. Karena keluarga itu melahirkan generasi-generasi yang handal dan kokoh, di mana kekuatan moral dapat dibentuk di dalam keluarga. Begitupula dengan kekuatan ilmiah, sosial, psikologi dan fisiknya.

“Tidak bisa sebagai orang tua menitipkan anaknya di sekolah A karena sekolahnya bagus dan terpantau, tapi tetap yang utama adalah moral di mana moral ini terbentuk dari keluarga yang baik. Komunikasi suami dan istri di depan anak-anak juga dapat melahirkan moral yang baik,” tuturnya.

Di DPD PKS Kabupaten Sukabumi sendiri ada BPKK, di mana di dalamnya terdapat Rumah Keluarga Indonesia (RKI) yang sudah terbentuk di setiap kecamatan.

“Perempuan/ibu-ibu PKS ini berkiprah di RKI, di Kabupaten Sukabumi sendiri yang sudah terbentuk RKI baru 27 kecamatan.

Di sana ada program-program seperti parenting yang bisa masuk ke PAUD, sekolah dan majlis taklim. Kemudian agar selamat, aman dan nyaman tidak terjadi KDRT di RKI juga ada kelas pranikah untuk dibimbing dan dibina bagaimana mencari pasangan yang baik dulu, kita tidak mengarahkan mereka untuk punya pasangan masing-masing tapi kita ajari bagaimana menjalin hubungan yang baik dimulai dari taaruf, khitbah kemudian menikah jadi tidak ada yang namanya pacaran. Kalau sudah memahami itu insya Allah KDRT tidak akan terjadi,” paparnya.

Sebagai anggota DPRD, Ustazah Ai juga menjelaskan bahwa perempuan layak berpolitik. Di PKS yang namanya politik itu bukan hanya sampai pada satu titik tujuan harus menjadi anggota DPRD.

“Jika melihat sejarah bagaimana istri Rasulullah itu juga berpolitik, politik itu tidak hanya menjadi anggota DPRD saja. Politik itu bukan keniscayaan, tetapi berpolitik itu untuk mencapai satu tujuan yang sudah digariskan oleh partai.

Perempuan bukan hanya di ranah domestik yakni sumur, dapur dan kasur saja. Tetapi banyak hal yang bisa dilakukan, kalau kita bisa berbuat sesuatu untuk membawa manfaat orang lain kenapa tidak.

Keberhasilan itu bukan hanya bisa membuat rumah yang bagus saja tetapi bisa membawa manfaat bagi orang lain,” bebernya.

Untuk ibu-ibu Indonesia khususnya dengan adanya Hari Ibu, pihaknya mengajak para ibu untuk lebih merasa, lebih menjiwai, dan lebih bisa memberikan manfaat.

“Kita harus yakin dan sadar bahwa peradaban Indonesia ke depan ada di tangan kita sebagai ibu,” tuturnya.
Sebagai seorang ibu masih kata Ustazah Ai, harus bisa mencetak generasi ke depan yang handal dan unggul yang moral dan ketakwaannya bagus, psikologisnya bagus juga sehat. Itu semua bisa lahir dari asuhan seorang ibu.

“Selamat Hari Ibu 2019, ibu hebat, generasi kuat, negara bermartabat,” ucapnya.

Ia tidak bosan untuk terus mengajak para ibu menjadi perempuan tangguh, dan hebat karena dari perempuanlah lahir peradaban yang hebat.

“Dari keluarga akan menciptakan moral anak bangsa yang hebat, akan menciptakan ketauhidan anak bangsa yang hebat, akan menciptakan psikologis anak bangsa yang hebat juga akan menciptakan anak-anak yang sehat.

Kita sebagai ibu di manapun berada, pekerjaan apapun yang dilakukan hari ini kita harus tetap eksis dalam berkontribusi terhadap pembangunan untuk peradaban tersebut. Kita harus dapat memberikan makna yang lebih bagus, memberi kemanfaatan untuk sekelilingnya dan memberikan manfaat untuk keluarga,” pungkasnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *