KWT Desa Kebonpedes Ikuti PHP2D

KWT Desa Kebonpedes saat mengikuti edukasi PHP2D di Bale Sawala Desa Kebonpedes, Senin (14/9).

SUKABUMI — Belasan anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa/Kecamatan Kebonpedes, mengikuti sosialisasi dan edukasi program Holistik Pemberdayaan dan Pembinaan Desa (PHP2D) di Bale Sawala Desa Kebonpedes, Senin (14/9).

Kegiatan yang digagas oleh Mahahsiswa Universitas Muhammadiyah Sukabumi ini, dimaksudkan untuk mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi warga, khususnya para petani di wilayah Desa Kebonpedes di masa pandemi Covid 19.

Bacaan Lainnya

Ketua Program Holistik Pemberdayaan dan Pembinaan Desa (PHP2D), Sandi mengatakan, program ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada warga soal menggunakan pupuk organik itu lebih efektif, jika dibandingkan dengan pupuk kimia.

“Selain itu, kami juga ingin memberdayakan masyarakat, khususnya petani di Kecamatan Kebonpedes agar mempunyai penghasilan tambahan di samping program ini. Contohnya, warga setelah mengikuti materi ini, nantinya ada praktek yang menghasilkan sayuran,” kata Sandi kepada Radar Sukabumi, Senin (14/9).

Setelah mengikuti edukasi tersebut, sambung Sandi, pihaknya mengaku akan mencoba memasarkan produk hasil pertanian mereka melalui aplikasi Elektronik Deplopment Agrobisnis Syariah (EDAS).

“Saya berharap dengan adanya kegiatan ini, dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Kebonpedes. Apalagi di tengah pandemi Covid 19, banyak penghasilan warga yang menurun. Bahkan, tidak sedikit perusahaan yang gulung tikar akibat wabah virus ini,” paparnya.

Kepala Desa Kebonpedes, Dadan Apriandani didampingi Anggota Kelompok Tani Pantes, Desa Kebonpedes, Ahmad Yani mengatakan, dalam program holistik pemberdayaan masyarakat desa yang digagas oleh mahasiswa dari Ummi ini, tujuan utamanya sebagai prinsif holistik tiga pilar. Yakni mandiri, sehat dan cerdas.

“Jadi para petani itu harus memiliki prinsif dasar dalam bertaninya seperti program pengendalian hama terpadu, mulai dari olah tanah, pengamatan secara mingguan, pemanfaatan unsur alami dan terakhir petani harus menjadi ahli PHT,” katanya.

Hal ini sangat penting dilakukan agar petani tidak lagi mengalami ketergantungan terhadap pupuk kimia. Terlebih lagi, saat ini mereka tengah menjerit dengan harga pupuk kimia yang terus merangkak naik hampir setiap musimnya.

“Seperti pupuk urea sekarang sudah Rp6 ribu per kilogramnya. Dengan adanya kegiatan ini, petani diharapkan bisa membuat pupuk organik dan pestisida sendiri dan bisa memasarkan produknya sendiri,” paparnya.

Pihaknya menambahkan, kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan. Terlebih lagi, kegiatan tersebut telah selaras dengan program Unit Pengolahan Organik (UPO).

“Saya ingin kegiatan ini dapat kontinue. Pada 2014 lalu, desa kita sudah berhasil dalam pengolahan organik hingga produknya kita kirim ke daerah lain melalui gapoktan dan kelompok tani lainnya,” pungkasnya. (den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *