Keprihatinan Een Warga Surade Sukabumi Tinggal di Rumah Reyot

Een saat berada di rumahnya di kampung Banjaran, Desa Warnasari, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi

SURADE – Een (62), warga Kampung Banjaran, Desa Wanasari, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, harus menjalani kehidupan penuh keprihatinan di rumah reyot yang sudah tidak layak huni.

Sejak suaminya meninggal empat tahun lalu, Een hidup sebatang kara, bergelut dengan kondisi rumahnya yang semakin hari semakin memprihatinkan. Rumah berukuran 8×5 meter yang sudah 20 tahun ditinggalinya itu kini berada di ambang kehancuran.

Bacaan Lainnya

Tanpa perbaikan apapun selama bertahun-tahun, rumah peninggalan suaminya itu kini rusak parah. Atap yang bocor, dinding dari anyaman bambu yang rapuh, dan tiang penyangga yang sudah lapuk membuat Een selalu was-was. Setiap hari, wanita lanjut usia ini dihantui ketakutan akan bahaya yang mengintai dari rumahnya sendiri.

“Saya selalu merasa takut, takut ada orang yang masuk atau rumahnya roboh. Dinding sudah banyak yang berlubang, pintu tidak bisa ditutup rapat, dan setiap kali hujan turun, air merembes dari segala penjuru. Saya sendirian di rumah ini,” ujar Een dengan suara bergetar.

Satu-satunya penghasilan Een berasal dari membuat ayakan, yang ia jual dengan harga 50 ribu rupiah setiap dua hari sekali. Namun, penghasilan tersebut jauh dari cukup untuk memperbaiki rumahnya. Kedua anaknya yang bekerja sebagai buruh bangunan di Jakarta jarang pulang, bahkan satu bulan sekali pun tidak.

“Saat hujan disertai angin kencang, air masuk dari atap yang bocor dan saya sering terbangun di malam hari karena takut rumah ini ambruk,” jelasnya.

“Terkadang, saya hanya bisa menangis, memikirkan bagaimana nasib saya jika rumah ini benar-benar roboh,” tambahnya sambil berlinang air mata.

Een mengisahkan bagaimana ia pernah terpeleset saat hujan deras, air menggenang di bawah rumahnya yang berlubang. Ketika mencoba menyelamatkan diri pintu rumahnya tiba tiba tertutup rapat akibat angin kencang dan terganjal membuatnya hampir jatuh. “Pintu rumah terselip ke celah lantai, dan saya kesulitan membukanya,” jelasnya.

Saat ini harapan Een hanya satu, yaitu agar rumah reyotnya bisa diperbaiki, sehingga bisa hidup dengan rasa aman terlebih di tengah kondisi serba kekurangan.

“Saya sangat ingin rumah ini dibangun ulang, sering menangis memikirkannya,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *