Huntara Pengungsi Bantarkalong Segera Dibangun

WARUNGKIARA – Pemerintah Desa Bantarkalong, Kecamatan Warungkiara saat ini terus berupaya mewujudkan hunian bagi warganya yang sampai saat ini bertahan di tempat pengungsian. Hal tersebut mengingat, tanah yang dimukim warga selama ini sudah tidak aman lagi dijadikan tempat tinggal, setiap turun hujan pergerakan tanah terus terjadi.

Kepala Desa Bantarkalong, Syahrial Hasan mengatakan, pihaknya telah menyampaikan kondisi tersebut kepada pemerintah Kabupaten Sukabumi. Dari hasil pembahasannya, rencananya warga yang terdampak pergerakan tanah akan dibangunkan hunian sementara (Huntara) di atas tanah milik Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi yang berada di wilayahnya.

Bacaan Lainnya

“Kami sudah sampaikan kepada Pemda Kabupaten Sukabumi. Hasil pembahasan itu, rencananya warga akan dibangunkan Huntara di tanah milik Dinas Pendidikan,” ujar Syahrial Hasan kepada Radar Sukabumi, kemarin.

Menurut Syahrial, Huntara saat ini sifatnya sudah mendesak. Warga yang mengungsi tidak bisa terus-terusan bertahan di tempat pengungsian. Ia mengaku, warganya yang terdampak pergerakan tanah memang sudah harus direlokasi.

“Kita tidak bisa menunggu hasil kajian geologi, ini kebutuhannya sudah mendesak. Kasihan warga bila harus bertahan di tempat pengungsian,” terangnya.

Untuk diketahui, sampai saat ini, 24 warga Kampung Pasir Jambu dan Kampung Pasir Gerong, Desa Bantarkalong, Kecamatan Warungkiara masih menghuni tempat pengungsian. Mereka belum berani kembali ke rumahnya masing-masing karena pergerakan tanah sampai saat ini masih terjadi.

Informasi yang dihimpun Radar Sukabumi, jumlah kepala keluarga yang terdampak bencana pergerakan tanah ini sebanyak 60 KK dengan 236 jiwa. Akibat dari pergerakan tanah pada beberapa pekan lalu itu, rumah yang mengalami rusak ringan berjumlah 38 rumah, rusak berat 6 rumah, rusak sedang 7 dan hanya terdampak 10 rumah.

Pasca terjadi pergerakan tanah, sejumlah bantuan sudah mulai didapatkan oleh warga. Kendati begitu, masih ada beberapa hal yang dibutuhkan warga di tempat pengungsian.

Ketua RT 8/1, Kampung Pasir Gerong, Saepul Alam (27) mengatakan, ia dan juga warga lainnya memilih bertahan lantaran pergerakan tanah masih berlangsung sampai saat ini. Ia khawatir, jika memaksakan mengisi rumah, akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan.

“Kami sebetulnya ingin dipindahkan, soalnya tanah masih terus bergerak. Kami takut bila memaksakan diri terjadi hal yang tidak diinginkan,” pungkasnya.

 

(ren)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *