2.811 Janda Karawang Jadi TKW, Motif Ekonomi Hingga Patah Hati

Janda-TKW
Ilustrasi Janda

KARAWANG Hidup menjanda bagi banyak perempuan sangat tidak enak. Selain harus mengurus anak, juga menjadi tulang punggung keluarga. Belum lagi urusan patah hati akibat pengkhianatan sang mantan.

Meski Karawang dikenal sebagai daerah industri, mencari pekerjaan di Karawang juga tidak mudah. Apalagi jika hanya mengandalkan ijazah SD atau SMP.

Bacaan Lainnya

Jika sudah begitu, mau tidak mau, suka tidak suka harus nekat. Agar dapur tetap ngebul, anak tetap sekolah, dari sekian banyak pilihan, menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) adalah pilihan paling rasional.

Berdasarkan catatan Radar Karawang, banyak motif para janda di Karawang menjadi TKW. Selain persoalan ekonomi, juga masalah hati. Rosmayati (34) misalnya, TKW yang mengaku berasal dari Tirtamulya itu mengaku memilih jadi buruh migran karena ingin mendapatkan penghasilan dan menenangkan pikiran.

Dia yang harus menghidup dua orang anak, dikhianati oleh lelaki yang dulu pernah mengucap setia padanya. “Tak lama cerai, saya langsung daftar kerja di Taiwan,” ungkapnya melalui sambungan WhatsApp, kemarin.

Ia melanjutkan, perceraian akibat pengkhianatan membuatnya sakit sangat dalam. Namun, itu berangsur hilang setelah dia bekerja di Asia Timur. “Sekarang aku fokus kerja. Biayain anak sekolah,” tuturnya.

Lain lagi dengan Siti Jubaedah (29) yang tengah mendaftarkan diri sebagai TKI di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karawang. Seorang janda yang memiliki satu anak itu mengaku, niatnya untuk menjadi seorang TKW di luar negeri lantaran sulitnya mendapatkan pekerjaan di kampung halamannya.

Terlebih dirinya hanya memiliki ijazah SMP, yang menurutnya tidak mungkin bisa bekerja di perusahaan yang ada di Karawang. “Saya ingin membahagiakan anak. Kalau ke pabrik sudah tidak mungkin,” ungkap perempuan asal Tirtajaya itu.

Kasi Penempatan Dalam dan Luar Negeri Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Karawang I Junaedi mengatakan, setiap hari selalu ada calon TKI yang mendaftar ke Disnakertrans. “Setiap hari ada 10 orang kalau dirata-ratakan.

Diberangkatkannya ke Taiwan, Malaysia, Singapura, Hongkong, Brunei Darusalam. Karena sejak 2015 tidak bisa memberangkatkan ke Timur Tengah,” ujarnya.

Berdasarkan data pada tahun 2019, kata dia, dari 3.514 TKI yang diberangkatkan, 80 persen diantaranya perempuan yang berstatus janda. Artinya ada 2.811 janda yang menjadi TKW. “Jika keberangkatan diurus melalui prosedur yang ada, maka tidak khawatir terjadi kasus yang tidak diinginkan. Sebab sebelumnya ada kontrak kesepakatan dengan PT yang memberangkatkan,” tuturnya.

Ia juga mengatakan, selain surat izin dari keluarga beserta keterangan dari pemerintah desa, syarat mutlak bagi para calon TKI ialah usia minimal juga harus bisa membaca dan menulis. “Kalau tidak ada izin dari suami atau orang tua, kami tidak merekomendasikan. Syarat mutlak jangan buta huruf,” imbuhnya.

Junaedi juga menuturkan, karena faktor sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan, selain masyarakat yang memiliki ijazah SD dan SMP. Tak jarang juga ada masyarakat dengan lulusan S1 menginginkan untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. “Lulusan kebidanan juga ada,” pungkasnya. (nce/psn)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *