Atlet Jujitsu Sukabumi Ciptakan Pisang Madu, Hendar : Harus jadi Motivasi Pemuda untuk Berinovasi

Dani Rustiawan (30), Adi Wiriadi (38) dan Ariel Ramdani (21) adalah tiga pemuda yang terus melakukan inovasi. Ya ketiganya merupakan petani milenial asal Sukabumi yang berfokus pada budidaya madu lebah trigona.
Dani Rustiawan (30), Adi Wiriadi (38) dan Ariel Ramdani (21) adalah tiga pemuda yang terus melakukan inovasi. Ya ketiganya merupakan petani milenial asal Sukabumi yang berfokus pada budidaya madu lebah trigona.

SUKABUMI — Atlet Jujitsu yang juga pembudidaya lebah madu trigona Ariel Ramdani (21) menciptakan produk unggulan miliknya pisang madu. Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) Semester 7 jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) menceritakan membuat inovasi pisang madu berawal kebutuhan pribadinya sebagai atlet.

Setelah berjalan membudidaya lebah trigona kemudian dirinya berinovasi dengan membuat pisang madu. Ide membuat pisang madu berawal Ariel yang tinggal di Kampung Leuwi Layung, RT (08/02) Desa Sukamaju Kecamatan Sukalarang banyak pisang diwilayahnya.

Bacaan Lainnya

“Kalau awal idenya dari banyaknya pisang didesa kami. Muncul ide membuat pisang madu, meski beberapa kali gagal dan akhirnya bisa berhasil dengan menciptakan produk pisang madu, “jelasnya.

Meski baru sebulan berjalan, ternyata produk yang diciptakan Ariel ini mampu memikat warga Turki, saat itu dirinya mengirimkan pesanan ke orang Bogor dan kebetulan ada warga negara Turki yang mencoba dan merasakan rasanya. Bahkan dirinya sudah melakukan pembicaraan dengan pihak Bandara Soekarno Hatta untuk pemasaran produk pisang madu tersebut.

“Dalam seminggu saya baru mampu memproduksi 500 buah ukuran 110 ml, dan saya jual dengan harga Rp18 ribu, untuk pangsa pasar sendiri saya juga sudah mengembangkan ke penjualan online, “jelasnya.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, tidak menutup kemungkinan pangsa pasarnya akan diperluas dengan masuk ke toko-toko dan minimarket. Hanya saja saat ini masih mengurus kelengkapan sertifikat halalnya saja.

“Untuk konsultasi soal expayer kami juga sudah berkomikasi dengan BPOM dan Dinkes, “terangnya.

Sebagai Atlet memang makanan pisang dan madu adalah kebutuhan sehari-hari, pasalnya kedua makanan tersebut adalah makanan yang mudah dicerna tubuh dan merupakan makanan yang cocok untuk orang yang ingin melakukan diet.

“Untuk madunya sendiri kan saya budidaya, nah kalau untuk mencukupi kebutuhan madu ketika kosong saya minta juga ke temen-temen lain yang sama budidaya. Jadi kami saling memperkuat saja, “tukasnya.

Ariel yang merupakan mahasiswa semester 7 di UMMI ini juga awal ketertarikan ke budidaya madu sebetulnya sudah sejak lama, hingga kemudian memperbanyak relasi dengan masuk dan bergabung ke petani milenial.

“Untuk soal kendala sendiri mungkin dari pemasaran dan permodalan saja, kemudian soal kemasan di Sukabumi masih sulit, jadi kami untuk kemasan pesan dari Surabaya, “tukasnya.

Menanggapi hal tersebut Anggota Komisi II DPRD Jabar Hendar Darsono mengapresiasi dengan inovasi yang dibuat oleh para pemuda-pemuda yang tergabung dalam petani milenial tersebut

“Ya tentu saya mengapresiasi para petani milenial ini, saya harap kedepan ini menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat. Pasalnya dengan mengembangkan madu jenis Trigona ini juga secara tidak langsung menjaga alam, pasalnya bagi pembudidaya madu ini tentu membutuhkan vegetasi yang harus lebat dengan pepohonan, “terangnya.

“saya juga pernah bertemu dan berdiskusi dengan anak muda yang keren itu. Para petani millennial, melestarikan hutan dan mengoptimalkan potensi kehutanan, seperti madu trigona,”tambahnya.

Menurutnya, Petani millennial adalah program percepatan regenerasi sektor pertanian yang menjadi lokomotif pembangunan di Jawa Barat. Dinas Kehutanan Jawa Barat mengoptimalkan potensi ekonomi dari pembudidayaan lebah madu lewat Program Petani Milenial.

Menurut Hendar, data dinas mencatat permintaan madu di pasar domestik Jawa Barat sangat besar. Bahkan hasil madu yang dikembangkan di Jawa Barat sendiri masih belum bisa memenuhi permintaan pasar.

Untuk itu dibangun komitmen mengembangkan produk hutan non kayu ini agar produktivitasnya bisa terus meningkat. Lewat program Petani Milenial, mereka dilatih bagaimana memproduksi madu yang baik, sehingga bisa tercapai ‘hidup di desa, rezeki kota, bisnis mendunia.

Sektor budidaya lebah madu memiliki peningkatan yang signifikan, dibanding dengan produk hasil hutan non kayu lainnya, seperti jamur kayu, bambu, sutra, kayu putih dan getah pinus.

“Semoga apa yang dilakukan kawan-kawan petani milenial ini bisa meningkatkan ekonomi masyarakat di lokasinya masing-masing, lebih luasnya jadi motivasi para pemuda lainnya untuk melakukan hal serupa, ya meski tidak harus sama mengembangkan madu trigona, minimal bisa memotivasi pemuda lain agar bisa mencari peluang dan kelebihan di wilayahnya, “tukasnya. (adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *