SUKABUMI — Dani Rustiawan (30) dan Ariel Ramdani (21) adalah pemuda yang terus melakukan inovasi. Ya ketiganya merupakan petani milenial asal Sukabumi yang berfokus pada budidaya madu lebah trigona.
Namun dibalik berternak lebah, petani milenial ini tidak hanya berfokus pada perternakannya saja, tetapi melakukan beberapa inovasi. Dani Rustiawan contohnya dirinya melakukan inovasi dengan membuat alat penyedot madu.
Dani yang sehari hari tinggal di Kampung Limbangan RT (04/01) Desa Limbangan Kecamatan Sukaraja menciptakan alat penyedot madu berawal dari kesulitan saat melakukan panen madu yang menggunakan alat dari pabrikan yang dibelinya di online shop. Dengan mengembangkan alat penyedot madu tersebut membuat pekerjaanya lebih mudah dan efisien.
“Awal mengembangkan alat ini karena pengalaman saja, saat mengunakan alat dahulu kurang optimal, capet habis baterainya jadi kami kembangkan alat penyedot madu ini, “jelas Dani pada Selasa (26/09/2023).
Bahanya sendiri dirinya menggunakan kayu, kemudian untuk baterainya mengunakan Aki (Accu) motor. Bahkan, baru pertama dibuat alat tersebut mulai mendapatkan lirikan dari sesama petani lebah trigona. Saat ini alat yang dirinya kembangkan sudah dipesan oleh petani madu yang berasal dari Bandung dan Garut.
“Pas pameran Taman Hutan Raya (Tahura) di Bandung kemarin saya pamerkan, dan ada beberapa yang tertarik jadi kami mulai produksi alat ini, para pemesan ini merupakan petani lebah madu juga. Untuk harga alat sendiri dijual diangka Rp1,5 juta sampai Rp2 Juta,”terangnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, saat ini dirinya bersama petani melenial di wilayah Sukaraja dan Sukalarang memang fokus mengembangkan budidaya madu lebah trigona dan lebah jenis lain.
“Saya memiliki kandang lebah sekitar 65 lebih dari beberapa jenis, dan untuk panen setiap bulannya bisa mencapai 5 sampai 10 liter dari beberapa kandang yang ada, “terangnya.
Sementara untuk madu lebah trigona sendiri dirinya patok harga Rp300 Ribu perKg, sementara untuk ukuran 200 ml dirinya jual diangka Rp45 sampai Rp50 ribu. Untuk pangsa pasarnya sediri saat ini, Dani memasarkan madunya antara paguyuban dan komunitas yang ada. Itupun kebutuhan madu antara komunitas kekurangan.
“Untuk madu banyak peminatnya, di paguyuban kita saja barang sudah habis. Karena kita memang kekurangan koloni hingga produksi kita tidak terlalu banyak, “tegasnya.
Adapun untuk spesies yang dirinya kembangkan mulai madu jenis lebah Itama, Trigona Biroi, Drescheri dan Trigona laeviceps. Sementara untuk dipekarangan rumah dirinya hanya mengembangkan lebah madu Itama saja.
“Untuk merk atau brand sendiri madu saya namai BeAlit yang artinya, Kecil bentuknya besar khasiatnya, “cetusnya.
Ditempat yang sama, Ariel Ramdani (21) menceritakan bahwa dirinya membuat inovasi pisang madu. Ariel yang memulai membudiya lebah madu trigona pada tahun 2020 tersebut berawal kebutuhan pribadinya sebagai atlet Jujitsu.
Setelah berjalan membudidaya lebah trigona kemudian dirinya berinovasi dengan membuat pisang madu. Ide membuat pisang madu berawal Ariel yang tinggal di Kampung Leuwi Layung, RT (08/02) Desa Sukamaju Kecamatan Sukalarang banyak pisang diwilayahnya.
“Kalau awal idenya dari banyaknya pisang didesa kami. Muncul ide membuat pisang madu, meski beberapa kali gagal dan akhirnya bisa berhasil dengan menciptakan produk pisang madu, “jelasnya.
Meski baru sebulan berjalan, ternyata produk yang diciptakan Ariel ini mampu memikat warga Turki, saat itu dirinya mengirimkan pesanan ke orang Bogor dan kebetulan ada warga negara Turki yang mencoba dan merasakan rasanya. Bahkan dirinya sudah melakukan pembicaraan dengan pihak Bandara Soekarno Hatta untuk pemasaran produk pisang madu tersebut.
“Dalam seminggu saya baru mampu memproduksi 500 buah ukuran 110 ml, dan saya jual dengan harga Rp18 ribu, untuk pangsa pasar sendiri saya juga sudah mengembangkan ke penjualan online, “jelasnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, tidak menutup kemungkinan pangsa pasarnya akan diperluas dengan masuk ke toko-toko dan minimarket. Hanya saja saat ini masih mengurus kelengkapan sertifikat halalnya saja.
“Untuk konsultasi soal expayer kami juga sudah berkomikasi dengan BPOM dan Dinkes, “terangnya.
Sebagai Atlet memang makanan pisang dan madu adalah kebutuhan sehari-hari, pasalnya kedua makanan tersebut adalah makanan yang mudah dicerna tubuh dan merupakan makanan yang cocok untuk orang yang ingin melakukan diet.
“Untuk madunya sendiri kan saya budidaya, nah kalau untuk mencukupi kebutuhan madu ketika kosong saya minta juga ke temen-temen lain yang sama budidaya. Jadi kami saling memperkuat saja, “tukasnya.
Ariel yang merupakan mahasiswa semester 7 di UMMI ini juga awal ketertarikan ke budidaya madu sebetulnya sudah sejak lama, bahkan dirinya merupakan binaan dari Koramil Sukaraja, hingga kemudian memperbanyak relasi dengan masuk dan bergabung ke petani milenial.
“Untuk soal kendala sendiri mungkin dari pemasaran dan permodalan saja, kemudian soal kemasan di Sukabumi masih sulit, jadi kami untuk kemasan pesan dari Surabaya, “jelasnya.
Menanggapi hal tersebut Anggota Komisi II DPRD Jabar Hendar Darsono mengapresiasi dengan inovasi yang dibuat oleh para pemuda-pemuda yang tergabung dalam petani milenial tersebut
“Ya tentu saya mengapresiasi para petani milenial ini, saya harap kedepan ini menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat. Pasalnya dengan mengembangkan madu jenis Trigona ini juga secara tidak langsung menjaga alam, pasalnya bagi pembudidaya madu ini tentu membutuhkan vegetasi yang harus lebat dengan pepohonan, “terangnya.
Menurutnya, Petani millennial adalah program percepatan regenerasi sektor pertanian yang menjadi lokomotif pembangunan di Jawa Barat. Dinas Kehutanan Jawa Barat mengoptimalkan potensi ekonomi dari pembudidayaan lebah madu lewat Program Petani Milenial.
Sektor budidaya lebah madu memiliki peningkatan yang signifikan, dibanding dengan produk hasil hutan non kayu lainnya, seperti jamur kayu, bambu, sutra, kayu putih dan getah pinus. (adv)