Liku-Liku Raymond Sihombing sampai Menjadi Pakar Hukum Antariksa di Rusia

Hikmahanto lantas menantang Raymond untuk lebih serius menekuni hukum udara dan angkasa. Ketika dihubungi terpisah, Hikmahanto membenarkan telah mendorong Raymond untuk menekuni bidang tersebut.

Alasannya, perkembangan dan bahan yang berkaitan dengan hukum angkasa masih terbatas di Indonesia. ’’Bersekolah S-2 dan S-3 di Rusia adalah pilihan tepat. Mengingat perkembangan manusia luar angkasa di sana sangat pesat,’’ kata Hikmahanto melalui pesan pendek kepada Jawa Pos.

Bacaan Lainnya

Kebetulan, Raymond memiliki kenalan yang membantunya mendapat beasiswa kuliah di Rusia. ’’Kenalan di Pusat Kebudayaan Rusia di Menteng menyarankan saya mengambil beasiswa lewat lembaganya. Syaratnya lebih mudah,’’ ungkap Raymond.

Ketika itu, persyaratan yang diwajibkan adalah IPK 3,0 bagi lulusan kampus negeri, bebas HIV, lolos tes kesehatan, siap menanggung biaya tiket PP dan biaya hidup per bulan, serta siap belajar bahasa Rusia. Seluruh syarat itu bisa dipenuhi Raymond. Melalui seleksi internal di Kementerian Pendidikan Rusia, Raymond menempuh S-2 hukum di RUDN.

Pada 2009, setahun setelah belajar bahasa Rusia, Raymond mulai menempuh pendidikan S-2 di Negeri Beruang Merah. Dengan uang saku terbatas, proses adaptasi Raymond tidak berjalan mudah. Bahkan, semasa belajar bahasa Rusia, dia sempat punya pengalaman yang tiap dikenang selalu memicu tawa.

Suatu hari, karena hawa dalam kelas panas, dia membuka jendela. ’’Saya berkata dalam bahasa Rusia, ’Zdes v klasse ya ochen goryachiy,’ yang spontan membuat guru bahasa Rusia, seorang wanita, menjadi memerah tersipu,’’ tuturnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *