Letda Munawir yang Gugur Bersama KRI Nanggala-402, Kangen Dengar sang Suami Ngaji Seusai Salat Tahajud

Lettu (P) anumerta Munawir dan sang istri, Cica Yuemi.

RADARSUKABUMI.com – Di Surabaya, sang anak mengenang bagaimana Letda (P) Munawir selalu mengingatkan tentang salat, ngaji, dan puasa. Di Bogor, bupati, wali kota, gubernur, sampai kepala staf Angkatan Laut bergantian memberikan dukungan moral kepada keluarga Letkol (E) Irfan Suri.

GALIH ADI P., Surabaya-DEDE SUPRIADI, Kabupaten Bogor

Bacaan Lainnya

TABUR bunga di lokasi tenggelamnya KRI Nanggala-402 itu mengobati rindu Cica Yuemi. Meskipun kata perpisahan tidak sempat disampaikan langsung kepada sang suami, Letda (P) Munawir.

Deburan ombak di perairan utara Bali itu ibarat senyum Munawir yang menyapa. Angin samudra menjadi pengobat hati yang berbisik mewakili suara ayah bagi dua putrinya tersebut. ”Saya ikhlas dengan apa yang telah terjadi,” kata Cica mengenang tabur bunga di atas KRI Soeharso pada Jumat pekan lalu (30/4) itu.

Perjumpaan terakhir dengan Munawir terjadi sebelum dia berangkat berlayar dalam misi bersama KRI Nanggala-402. Semua berjalan seperti biasa. ”Hanya, waktu itu tidak sempat pulang ke rumah di Keputih (Surabaya), namun tinggal di flat Komando Armada (Koarmada) II,” terangnya.

Pada Rabu pertengahan bulan lalu (14/4), Munawir baru sandar dari operasi pertama. Karena mau berlayar lagi, pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah, itu memilih untuk menginap di flat kawasan Koarmada II. ”Saya dan anak-anak yang ngalahin datang ke sana,” ujar perempuan kelahiran Pati, Jawa Tengah, itu.

Cica hanya diminta untuk mengambil baju koko putih kesayangannya. Tepatnya dua hari sebelum keberangkatan untuk berlayar bersama Nanggala pada Senin (19/4). Setelah itu, tidak ada kontak lagi antara Cica dan sang suami.

Memang itu sudah biasa terjadi saat Munawir bertugas. Komunikasi jarang dilakukan. Sebab, Cica tahu di kapal pun tidak akan ada sinyal. ”Charge HP (handphone) pun terkadang ditinggal. Hanya lewat doa komunikasinya,” terangnya.

Komunikasi baru terjalin ketika kapal sandar. Atau, saat hendak pulang ke rumah. Itu pun sekadar bilang akan pulang. Tiba-tiba saja sudah di rumah.

”Biasanya juga tidak langsung pulang. Mampir dulu ke KRI Cakra-401, bersih-bersih atau perawatan. Kadang mau magrib baru sampai rumah,” kata Cica.

Munawir memang bukanlah awak kapal asli KRI Nanggala-402. Dia terdaftar sebagai kru di KRI Cakra-401. Namun, saat ini kapal selam itu diperbaiki.

Penugasan Munawir di KRI Nanggala sebagai pelengkap. Sebab, kapal selam buatan Jerman tersebut kekurangan kru. Karena itu, awak kapal KRI Cakra-401 ditarik untuk ditugaskan. Munawir sudah dua kali mengikuti pelayaran dengan KRI Nanggala-402. Posisi pria kelahiran 20 November 1979 itu adalah perwira divisi senjata.

Cica juga mengenang, tiap kali sampai rumah ketika azan berkumandang, sang suami tidak akan masuk rumah dulu. Tapi langsung ke Musala Nur Soleh yang jaraknya 50 meter dari rumahnya di kawasan Keputih Utara, Surabaya. Bahkan, saat di kantor, ketika sedang bertugas dan sudah memasuki azan, dia juga pasti memilih untuk meninggalkan pekerjaannya.

Kenangan itulah yang betul-betul membuat Cica kangen. Apalagi saat dirinya tidur dan Munawir mengaji di sisinya. Saat dini hari, seusai Tahajud hingga subuh. ”Kalau ingat itu rasanya tidak percaya bahwa dia sudah tidak ada,” katanya.

Sosok Munawir yang dikenal Cica juga sangat loyal dengan statusnya sebagai prajurit laut. Samudra begitu dia cintai. Sesekali sang suami juga bercerita tentang kerinduannya untuk melaut.

Pria kelahiran 20 November 1979 itu tidak segan menggantikan rekannya yang tidak bisa berlayar. Tanpa disuruh, pasti mengajukan sendiri. Terkadang jengkel juga dirasakan Cica.

”Enak-enak di rumah malah ikut layar lagi. Kalau ditanya kenapa malah mengajukan diri dan menggantikan rekannya, jawabannya pasti karena kangen,” papar Cica menirukan sang suami.

Aura Aulia Maharani, putri pertama Munawir-Cica, mengenang bagaimana sang ayah selalu meminta tiga. ”Salat, ngaji, puasa. Itu yang selalu dibilang dan diingatkan ayah,” kata dara 18 tahun tersebut.

Aura pula yang rajin mengunggah di Twitter doa dan harapan terhadap sang bapak dan kru lain sejak Nanggala hilang kontak pada Rabu dua pekan lalu (21/4). Unggahannya selalu mendapat taburan empati dari banyak pihak.

Tetangga pun merasakan hal yang sama. Terutama para jamaah di Musala Nur Soleh di Kelurahan Keputih. Munawir dikenal sebagai orang yang cekatan. Sangat peduli akan ketenangan para jamaah saat beribadah.

”Jadi, kalau selesai salat, pasti mencari-cari apa ya bagian musala yang belum dibenahi. Tidak pernah menunggu yang lain. Kalau dia bisa menangani, langsung dilakukan,” kenang Sulbi Zain, salah seorang tokoh masyarakat Keputih.

Ketegaran juga ditunjukkan Amalia A. Yuni, istri Letkol Laut (E) Irfan Suri. Bahkan, ketika dikunjungi Bupati Bogor Ade Yasin, Amalia masih sempat menyampaikan ucapan dukacita kepada Ade yang juga belum lama ditinggal sang suami yang berpulang.

”Tadi saya kaget, pihak keluarga juga berbelasungkawa atas meninggalnya suami saya beberapa waktu lalu. Dari situ kami berbincang banyak dari hati ke hati, seperti obrolan antarwanita gitu,” kata Ade kepada Radar Bogor.

Ade Yasin menyambangi rumah duka di Kluster Harmoni 2, Blok 9, Nomor 15, Bogor Nirwana Residence, Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Selasa lalu (27/4). Selain Ade, dukungan moral diberikan Wali Kota Bogor Bima Arya dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang juga melayat ke rumah duka. Begitu pula Kepala Staf Angkatan Laut Marsekal Yudo Margono.

Ade sangat paham rasanya ditinggalkan suami tercinta. Karena itu, dia datang memberikan support kepada keluarga yang ditinggalkan. ”Semoga keluarga diberi ketabahan untuk melalui semua ini,” ucapnya.

Letkol Irfan (belakangan naik pangkat secara anumerta menjadi kolonel) merupakan satu di antara empat awak non-ABK di KRI Nanggala. Sehari-hari dia menjabat kepala seksi sistem senjata kendali material indera dan kendali senjata dinas material senjata dan elektronika Angkatan Laut. Dia turut berlayar bersama KRI Nanggala yang saat itu melaksanakan latihan penembakan torpedo di perairan utara Pulau Bali.

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bogor siap membantu keluarga yang ditinggalkan. Bahkan, dia juga meminta keluarga agar tidak sungkan menghubunginya jika memang memerlukan bantuan.
Bima Arya pun demikian. ”Saya menawarkan kepada pihak keluarga apabila ada hal-hal yang perlu dibantu, untuk meringankan beban, kami siap membantu,” kata Bima. (*/c19/ttg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *