SUKABUMI,RADARSUKABUMI.com – Termasuk dalam daerah wisata, Kampung Loji Desa/Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi menjadi salah satu kawasan yang banyak dikunjungi para wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Apalagi setelah hadirnya Geopark Ciletuh yang menjadi primadona wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Tentunya perkembangan sektor pariwisata di kawasan tersebut diharapkan mampu mendorong pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Tidak sedikit pula warga di kawasan itu yang mulai terjun ke dunia bisnis, dengan memulai usaha sebagai pelaku UMKM.
Sayangnya, banyak pelaku UMKM yang mengaku kesulitan untuk memasarkan produknya. Mendengar keluhan itu, salah satu warga asal Ciracap ini mencoba membuka usaha untuk menampung hasil UMKM di kawasannya.
Adalah Hildawati (25) yang juga Owner Kedai Golie yang tertarik untuk menggeluti usaha ini. Wanita kelahiran, Ciracap Kabupaten Sukabumi ini sebelumnya sempat bekerja sebagai akunting di sebuah bank BUMN, namun Hilda berhenti dan mulai membuka usaha kulinernya itu.
Hilda mengaku jika usahanya dirintis sejak 2017 dengan memanfaatkan jejaring media sosial (Medsos). Seiring berjalannya waktu, tempat usaha yang dinamai Kedai Golie itu akhirnya punya tempat sendiri di Kampung Loji RT 27/07 Desa/Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi.
“Kalau merintis itu dari tahun 2017, dulu jualannya masih pakai media online nama Golie sendiri diambil karena terinspirasi dari aplikasi yang saat ini sedang hits yaitu Go-jek.
Sementara Lie itu diambil dari nama karyawannya yang juga sumber inspirasi aku untuk buka usaha, Lie ini pernah jadi TKW selama lima tahun di Arab Saudi dan sekarang pulang buka usaha,” terangnya.
Hilda mengaku tertarik membuka kedai dan menampung produk UMKM asal kampungnya, lantaran ingin mewadahi anak-anak muda yang memiliki potensi dibidang enterpreneurship, dan membangun ekonomi di kampung sendiri.
Saat ini, Kedai Golie sudah menampung enam produk hasil UMKM Pajampangan. Mulai dari camilan, produk kecantikan, hingga teh celup asli produk UMKM Pajampangan.”Untuk saat ini ada enam produk yang baru ditampung, tetapi peminatnya cukup banyak juga,” ucapnya.
Selain membuka kedai, produk UMKM dipasarkan melalui medsos. Tidak heran jika pesanannya sering dari luar kota seperti Kalimantan, Sulawesi, NTT dan kota-kota besar lain. Dalam sebulan ia pun mampu mengirim produknya ke luar pulau Jawa sebanyak lima kali. Dalam sebulan, ia mampu meraup omzet hingga Rp10 juta.
“Alhamdulillah untuk produk kita pengiriman ke luar kota ada terus ya, karena kita produknya makanan yang unik yang benar-benar asli Jampang,” imbuh wanita lulusan jurusan akuntansi di salah satu universitas ternama di Jakarta.
Harga yang ditawarkan cukup terjangkau, berkisar Rp5 ribu-Rp15 ribu.
“Selain menampung produk UMKM, kami jualan makanan camilan untuk yang senang-senang kongkow,” ucapnya.
Dirinya ingin usaha tersebut makin dikenal, sehingga bisa semakin banyak menampung produk UMKM di kampungnya tersebut.
(wdy)