Harga Cabe Turun

TUNGGU KONSUMEN: Pedagang cabai merah di pasar tradisional Kota Sukabumi sedang menunggu konsumen. IST

EKONOMI – Harga komoditas jenis cabe dibeberapa pasar tradisional Kota Sukabumi mengalami penurunan dalam kurun waktu dua pekan ini. Persediaan yang mulai melimpah, disinyalir menjadi penyebab harga bahan utama sambal ini menurun.

Hasil monitoring bahan-bahan pokok dan penting Dinas Koperasi, Perdagangan, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Kota Sukabumi di Pasar Gudang dan Pasar Pelita Kota Sukabumi menunjukan harga komoditas jenis cabe mengalami penurun.

Bacaan Lainnya
  • Cabe TW Rp. 28.000/kg,
  • Cabe hijau besar Rp.24.000/kg.
  • Cabe lokal. Rp. 42.000/kg.
  • Cabe keriting merah Rp 40.000/kg.
  • Cabe keriting hijau Rp.35.000/kg.
  • Cabe rawit hijau Rp 35.000/kg dan
  • Cabe rawit merah Rp.58.000/kg.

Adapun sebelumnya, Cabe TW dihargai Rp. 30.000/kg, Cabe hijau besar Rp.24.000/kg, Cabe lokal. Rp. 35.000/kg, Cabe keriting merah Rp 45.000/kg, Cabe keriting hijau Rp.35.000/kg, Cabe rawit hijau Rp 35.000/kg, Cabe rawit merah Rp.60.000/kg.

Kepada Radar Sukabumi, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi Perdagangan Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Kota Sukabumi, Heri Sihombing menyebut, hasil monitoring terbaru, komoditas Cabe TW turun dua ribu rupiah, Cabe kriting merah turun lima ribu rupiah dan cabe rawit merah turun dua ribu rupiah.

“Dibandingkan pekan sebelunya, harga bebrpaa jenis cabe mengalami penurunan. Penyebabnya, hukum pasar dimana saat persediaan cukup bnyak tapi tidak diimbangi oleh permintaan,” ungkapnya kepada Radar Sukabumi, Minggu (29/9).

Untuk komoditas dan bahan-bahan pokok lainnya, lanjut Heri, belum ada kenaikan ataupun penurunan yang cukup signifikan. Artinya, persedian, harga dan pendistribusian masih cukup stabil. Adapun masuknya musim hujan, masih belum terlihat berdampak pada fluktuasi harga.

“Komoditas kain masih stabil, tidak ada yang naik signifikan ataupun sebaliknya. Faktor hujan pun belum terlalu berdampak, karena hujan hanya baru turun bebrpaa kali saja. Mungkin saja, kedepan setelah intensitas hujan tinggi bisa saja berpengaruh,” pungkasnya. (upi/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *