Wawancara Eksklusif Kedubes Rusia (2): Ukraina Gunakan Warga Sipil sebagai Perisai Manusia

Jurnalis senior Hazairin Sitepu saat berbincang dengan Sekretaris III Kedutaan Besar Rusia Denis Tetyushin di Kantor Kedubes Rusia, Jakarta, Kamis (10/3).

Apakah perang nuklir akibat konflik Rusia vs Ukraina ini akan benar-benar terjadi? Bagaimana Sikap Rusia terhadap Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO)? Bagaimana pula nasib olahraga Rusia di even-even internasional?

Berikut lanjutan petikan wawancara wartawan senior Radar Bogor Hazairin Sitepu (Bang HS) dengan Sekretaris III Kedutaan Besar Rusia di Jakarta Denis Tetyushin (Mr Denis).

Bacaan Lainnya

Bang HS: Kalau kita melihat di TV dan media-media sosial tentang serangan Rusia ke Ukraina, itu luar biasa menghancurkan dan mematikan. Boleh tahu berapa persen kekuatan militer Rusia yang dikerahkan dalam perang dengan Ukraina ini?

Mr. Denis: Yang pertama, sekarang banyak hoaks. Banyak sekali hoaks. Saya setiap hari menjawab pertanyaan dari teman-teman media. Mereka banyak sekali yang hubungi dan meminta saya berkomentar. Misalnya, video terakhir yang hoaks menjadi viral di Tik Tok. Itu ada video banyak gedung yang sudah dibom sampai runtuh. Dan tulisannya ini Ukraina. Tapi kalau kita lihat, itu bukan di Ukraina, melainkan Beirut, Lebanon. Makanya, Kedutaan Besar Rusia sekarang siap untuk berkomentar, memberikan penjelasan tentang hoaks (seperti ini) dan lain lain.

Adapun pertanyaan bapak ya, jadi pasukan yang sekarang ikut operasi militer khusus tersebut, mereka adalah pasukan profesional sebenarnya. Di Rusia, kami ada pasukan profesional yang mendapatkan gaji karena mereka menjadi militer. Juga ada yang wajib militer. Misalnya laki laki dewasa dan dia bukan mahasiswa, dia bukan anak sekolah (maka) dia wajib militer selama satu tahun. (Sedangkan) yang ikut operasi militer khusus di Ukraina, hanya pasukan profesional.

Bang HS: Yang Anda maksudkan adalah organik, pasukan organik?

Mr. Denis: Pasukan Organik? Maksudnya apa itu?

Bang HS: Maksudnya itu tidak terstruktur, bukan orang-orang yang dilatih seperti yang Anda sebutkan bagian dari wajib militer?

Mr. Denis: Mereka jauh lebih terlatih karena mereka profesional. Dan tentara profesional Rusia kalau tidak salah berjumlah 700 ribu orang. Saya sejujurnya tidak tahu tepat berapa orang yang ikut operasi militer. Ini, sangat sensitif dan rahasia. Karena, dapat digunakan untuk tujuan yang tidak diinginkan oleh orang lain (musuh). Tapi yang saya ingin garis bawahi lagi, yang ikut (serangan ke Ukraina) bukan mereka yang mengikuti wajib militer, tetapi pasukan profesional.

Bang HS: Mr. Denis, sekarang dunia mengkhawatirkan ketika Ukraina bertahan kemudian NATO akan terlibat dalam peperangan ini. Maka, kemungkinan apakah akan ada perang nuklir? Sejauh apa Rusia mempertimbangkan kemungkinan perang nuklir ?

Mr. Denis: Kami sama sekali tidak mau ada perang nuklir. Karena semua orang pasti mengerti. Jika perang nuklir dimulai, maka akhir bagi dunia ini. Untungnya, mitra-mitra kami di negara-negara barat juga mengerti. Ya, banyak orang termasuk di Indonesia khawatir (perang nuklir) karena sebelumnya Presiden Putin sudah mengumumkan bahwa pasukan khusus Rusia, persiapannya tinggi.

Kenapa? Karena kami melihat ada bermacam-macam pernyataan dari negara-negara barat yang sama sekali tidak bersahabat. Mereka bilang, “Ya mungkin kami harus ikut (perang)”, “Mungkin kami harus campur tangan”. Walaupun presiden (Vladimir Putin) dari awal bilang “jangan campur tangan”. Ini peringatan untuk mereka. Jangan menyerang Rusia!

Bang HS: Beberapa hari lalu, Ukraina mengklaim bahwa militer mereka sudah membunuh lebih dari 11 ribu pasukan Rusia dan menghancurkan lebih dari dua ribu persenjataan Rusia. Bagaimana menurut Rusia?

Mr. Denis: Saya tidak bisa mengonfirmasi itu. Ada dua sebab. Pertama: ketika ada dua pihak yang melakukan operasi militer, setiap pihak mau membuat informasi yang mengungguli informasi dari lawannya. Dan saya yakin 100 persen informasi yang disampaikan oleh pihak Ukraina tentang tewasnya 11 ribu pasukan Rusia, itu jauh dari kenyataan.

Misalnya, beberapa hari yang lalu Kementerian Pertahanan Rusia melakukan konferensi pers tentang berapa orang tewas dalam operasi dan berapa orang terluka. Angka mereka Rusia jauh lebih rendah dari apa yang disebutkan pihak Ukraina. Misalnya, pihak Ukraina menyebutkan ada 12 ribu orang tewas, tapi sesuai dengan estimasi kami, 500 orang.

Bang HS: Apakah Rusia punya data berapa pasukan Ukraina yang sudah tewas dalam perang ini?

Mr. Denis: Sejauh ini data tersebut tidak ada. Yang saya baca di sumber Kementerian Pertahanan Rusia ada lebih dari dua ribu. Tapi ini sulit sekali untuk menghitung. Semua angka ini estimasi. Kita tahu angka yang tepatnya, nanti.

Bang HS: Sampai kapan serangan Rusia ke Ukraina ini berakhir?

Mr. Denis: Sampai dua tujuan operasi militer (demiliterisasi dan denazifikazi) selesai.

Bang HS: Bagaimana Anda menjelaskan tentang pernyataan Presiden Amerika, kemudian NATO dan beberapa kepala negara yang tergabung dalam NATO, bahwa banyak masyarakat sipil dan anak-anak menjadi korban akibat dari serangan Rusia?

Mr Denis: Iya, kami melihat banyak pernyataan dari negara-negara barat, dan kami menanggapi ini seperti information war. Atau perang informasi melawan Rusia. Karena sebagaimana saya sampaikan tadi, banyak sekali hoaks terkait konflik tersebut (Rusia dan Ukraina).

Yang kedua, kita harus mengerti, pasukan Rusia memiliki senjata canggih. Jumlahnya lebih banyak. Kalau diperlukan, pasukan Rusia bisa menyelesaikan operasi (militer) dalam dua sampai tiga hari saja. Tapi, kenapa sudah dua minggu belum selesai? Karena kami tidak melakukan operasi militer melawan rakyat Ukraina. Kami tidak mau ada korban dari warga lokal, warga sipil. Kami pelan-pelan melakukan operasi, tidak mengebom infrastruktur sipil.

Tapi, masalahnya di sini sebenarnya dari pihak Ukraina. Mereka sangat mengerti kemampuan mereka tidak seimbang dengan pasukan Rusia. Mereka kemudian menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia. Contohnya situasi di Mariupol. Dari awal, Rusia dan Ukraina menyetujui membuka koridor-koridor kemanusian. Supaya ada warga sipil yang bisa keluar.

Tetapi di Mariupol ada kelompok-kelompok neo-Nazi atau yang disebut Azov. Mereka sangat mengerti, kalau warga sipil keluar, nasib kelompok bersenjata Azov sudah jelas. Mereka akan ditangkap dan dihukum berat atas semua kejahatan yang mereka lakukan, dengan membunuh warga sipil, perempuan, dan membunuh anak-anak di sana.

Bang HS: Maksud Anda, militer di situ menjadikan masyarakat sipil sebagai tameng, sebagai perisai?

Mr. Denis: Betul.

Mr. Denis: Dan mereka tidak mengizinkan warga sipil keluar. Mereka mengancam kalau ada yang mau atau hendak keluar, akan dibunuh.

Bang HS: Koridor kemanusian ini bagi Rusia penting?

Mr. Denis: Tentu penting. Karena kami sama sekali tidak mau ada korban. Karena operasi militer ini tidak melawan rakyat. Hanya untuk demiliterisasi. (bersambung)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *