Wawancara Bersama Dosen Universitas Nusa Putra Lucas Cramer

Lucas Cramer DOSEN UNIVERSITAS NUSA PUTRA

LUCAS CRAMER adalah seorang dosen di Universitas Nusa Putra (NPU) Sukabumi. Pria lajang asal Bremen, Jerman, ini berpesan, bersenang-senanglah dan selesaikan sesuatu. Gunakan pendidikan, komunikasi, dan kerja sama untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.

Apa visinya dengan menjadi dosen di NPU, dan bagaimana pendapat­nya tentang Sukabumi? Simak wawancaranya dengan Radar Sukabumi di Lantai 5 Gedung A Kampus NPU, Jalan Cibolang, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, berikut:

Bacaan Lainnya

Sebelumnya Anda pernah datang ke Universitas Nusa Putra untuk program apa?

Pertama saya datang ke sini mengikuti program magang internasional dari tempat kuliah saya. Waktu pertama, enam bulan saya berada di Nusa Putra.

Bagaimana kesan pertama Anda saat datang di Sukabumi?

Menyenangkan, cuacanya hangat, orang-orang yang ramah dan selalu menyapa di manapun saya berada.

Bagaimana pendapat Anda tentang kampus, mahasiswa, dan iklim belajar di Universitas Nusa Putra, dan apakah iklim kuliah di sini cukup membantu Anda beradaptasi?

Ya cukup membantu. Iklim belajar di sini cukup membantu. Saya sudah memulai dari awal, berdiskusi dengan banyak mahasiswa dan dosen untuk menanyakan pendapatnya mengenai apa yang perlu ditingkatkan. Jadi saya ingin lebih fokus pada sektor pendidikan, dan budaya juga.

Kendala apa yang pernah Anda rasakan dalam beradaptasi?

Paling utama kendala bahasa, bahasa Indonesia saya belum bagus, begitu juga sebaliknya dengan teman-teman mahasiswa di sini. Selebihnya baik dan bukan masalah.

Apa alasan utama Anda kembali ke Universitas Nusa Putra? Benarkah menghindari wajib militer?

Menjadi dosen, saya mengajar Pengatar Bisnis dan Bahasa Inggris. Selain itu, membangun komunitas global mahasiswa Nusa Putra dengan mahasiswa asing, mengkampanyekan student exchange kepada mahasiswa Universitas Nusa Putra untuk dapat mengikuti perkulihan global di luar negeri. Di luar itu, saya juga mempelajari Bahasa Sunda dan Budaya Indonesia.

Tidak benar saya menghindari wajib militer karena di Jerman wajib militer bukan sebuah keharusan, setiap warga negara boleh tidak memilih mengikutinya. Tetapi memang dalam keluarga saya banyak yang mengikuti wajib militer dan bertugas di berbagai negara. Sedangkan seya memilih menjadi dosen di sini.

Bagaimana pendapat Anda tentang Sukabumi dan jika harus memilih, tinggal selamanya di Jerman atau Sukabumi?

Saat ini saya ingin tinggal di sini, Sukabumi. (tertawa).

Menu makanan favorit, dan tempat mana saja yang pernah dikunjungi?

Banyak restoran bagus, seperti Rumah Makan Padang dan Saung Sobat. Saya paling suka masakan Padang dan Sunda walaupun terlalu pedas untuk saya. Kalau tempat wisata, banyak tempat pernah saya kunjungi di Sukabumi seperti Palabuhanratu, Ujunggenteng, air terjun, gunung, tapi saya tidak hafal semua nama tempatnya,. Dalam waktu dekat kami akan mengunjungi Geopark Ciletuh. Banyak tempat wisata alam indah dan natural, kalau di Jerman kebanyakan tempat bersejarah.

Selain itu, apa yang ingin dilakukan di Sukabumi?

Ke depan saya berencana berbisnis seperti menjual produk-produk Sukabumi dan Indonesia seperti kerajinan dan batik, saya bisa menjualnya di negara saya dan beberapa negara Eropa lainnya.

PENDIDIKAN

Harz University of applied sciences, 2013 – 2018, GRADE 2,06, Mata pelajaran inti: Ekonomi, Integrasi Eropa, Bahasa, Hukum Eropa, Kesadaran Antarbudaya. Dua semester di luar negeri termasuk dalam studi.

PENGALAMAN PROFESIONAL

  • Dosen dan Hubungan Internasional | Universitas Nusa Putra 09/18 – sekarang
  • Manajemen sumber daya manusia, tugas perwakilan, mengajar bahasa Inggris dan mata pelajaran politik.
  • Logistician | Daimler LTD
  • Eksekutif Administratif | Konsili Integrasi Bremen, Mengendalikan keuangan, mengatur kegiatan amal dan pendidikan, menulis protokol, media sosial dan situs web yang bertanggung jawab, tugas administrasi harian.
  • Eksekutif Administratif | Eropa – Direct Center Bremen, melakukan penelitian, edukasi, dan debat tentang topik yang terkait dengan Uni Eropa.

KEAHLIAN

  • Solusi – berorientasi
  • Kesadaran antar budaya
  • Bahasa: Jerman (C2), Inggris (C1), Prancis (A1), Spanyol (A1)

KEGIATAN PERNAH DILAKUKAN

Guru untuk pengungsi tanpa pengawasan di Jerman, Pelatih basket dan wasit untuk anak-anak, Petugas jajak pendapat di Jerman, Anggota Aktif JEF untuk memperkuat kerjasama dalam Anggota Uni Eropa dari partai politik.

HOBI

Berolahraga (Basket, Sepak Bola, berlari, kebugaran), politik, filsafat, diskusi, dan melakukan perjalanan ke berbagai tempat.

Mahasiswa Asal Belanda Ini Tak Canggung Berada di Indonesia

FRANK TALLE, pria lajang asal Belanda ini mengaku mengetahui sejarah kelam Indonesia dan Belanda karena memang dipelajarinya di buku sejarah saat duduk di bangku SMA di negaranya.

Diakuinya, ia tidak merasa canggung berada di kampus Universitas Nusa Putra (NPU) Sukabumi, Indonesia. Ia justru menikmati suasana kekeluargaan dan keramahan setiap orang yang ditemuinya, baik di dalam maupun di luar kampus.

“Soal sejarah kelam Indonesia dan Belanda itu dipelajari di buku sejarah saat duduk di bangku SMA, tapi itu bagian dari masa lalu dan saya tidak mengalaminya. Jadi saat ini saya berada di Indonesia tidak merasa canggung, karena semua orang di sini ramah dan selalu menyapa setiap bertemu,” kepada Radar Sukabumi pria kelahiran 26 Juni 1996 ini bertutur.

Frank belum genap sebulan berada di Sukabumi, mengaku tidak memiliki banyak kendala dalam hal berinteraksi dan berkomunikasi. Namun, diakuinya, soal makanan sedikit kendala baginya. “Di sini banyak makanan digoreng, itu membuat saya sering sakit perut pada awalnya.”

Magang Internasional

Keberadaannya di NPU bukan kebetulan, mahasiswa Bachelor in Communications, Hanze University, Groningen, Belanda, ini tengah mengikuti kuliah magang selama enam bulan di perguruan tinggi yang berkampus di Jalan Raya Cibolang, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi itu.

Menurutnya, seperti halnya di NPU, di kampusnya, Hanze University, juga ada kewajiban magang internasional selama enam bulan di luar negeri. “Ya ini merupakan program internasional tempat kuliah saya, ada kewajiban mengikuti magang internasional di luar negeri selama enam bulan. Selain belajar, saya juga bisa mempelajari seni dan budaya Indonesia” pungkasnya.

Johanna Markl

Jerman

Awal ketertarikan saya mengikuti SIP dan datang ke Indonesia dan belajar di Universias Nusa Putra setelah mendapatkan informasi dari internet.

Saat tiba di Sukabumi, saya mendapat culture shock karena mayoritas masyarakat tidak menggunakan Bahasa Inggris untuk komunikasi. Untungnya Nusa Putra memberikan pembelajaran Bahasa Indonesia A1, sehingga saya dapat berkomunikasi, terutama ketika belanja.

Di samping bahasa, saya mendapat pelajaran terkait kebudayaan Jawa Barat, dari membatik khas Sukabumi, memainkan musik tradisional, menari Jaipong, sampai membuat makanan tradisional seperti mochi. Dari semua, yang paling saya suka membuat batik, karena hobi saya menggambar.

Saya juga mengikuti kelas ekonomi, politik, kewarganegraan, dan Pancasila. Saya sangat senang bisa belajar bersama mahasiswa Nusa Putra.

Sergiu Huma

Rumania

Selepas kuliah S2 di Universitas Jonkoping Swedia, saya langsung mengikuti program Abroad Internship Program (AIP) yang diselenggarakan oleh Universitas Nusa Putra dengan tujuan mencari pengalaman dan mengimplementasikan ilmu yang saya miliki sebelum saya terjun di dunia kerja.

Di Nusa Putra saya menjadi asisten dosen menyampaikan mata kuliah Bahasa Inggris. Selain itu, saya juga mengenalkan Nusa Putra ke masyarakat dengan mengunjungi 70 sekolah di Sukabumi. Ini bagian tak terlupakan, karena dapat mengetahui sistem pendidikan di Indonesia di perkotaan hingga ke pelosok.

Potensi yang dimiliki generasi muda Sukabumi sangat besar, untuk itu perlu memotivasi mereka dengan memberikan informasi, pengetahuan, dan kesempatan berkembang, dan memfasilitasi mereka melalui program-program internasional.

Saya sangat setuju dengan visi dan misi Nusa Putra untuk mengangkat potensi para mahasiswa dapat bersaing secara global dengan menciptakan lingkungan multikultur.

Universitas Nusa Putra Kampus Multikultur

Sejak 2014 silam, Universitas Nusa Putra (NPU) berhasil mendatangkan mahasiswa asing dari 17 negara, seperti Inggris, Finlandia, Spanyol, Jerman, Belanda, Italia, Prancis, Romania, Slovakia, Lithuania, Australia, Rusia, Kanada, Hungaria, Skotlandia, Portugal, bahkan hingga Maroko.

Semua mahasiswa asing tersebut bernaung di bawah Study Indonesian Program (SIP) dan Abroad Internship Program (AIP), yang dirancang selama enam bulan. SIP bertujuan memberi wawasan mengenai Indonesia dari berbagai aspek. Sedangkan AIP, bertujuan memberikan mahasiswa asing pengalaman magang internasional di negara berkembang, sehingga mereka memperoleh input mengenai realita dunia kerja sesungguhnya.

Sedangkan bagi NPU, tercipta lingkungan kampus multikultur yang merupakan bagian dari misi perguruan tinggi. Hal tersebut bertujuan agar terjadi kesetaraan antara mahasiswa asing dengan lokal, sehingga terjadi interaksi antar-mahasiswa asing melalui komunikasi dalam Bahasa Inggris, baik di kelas, maupun dalam kegiatan sosial lainnya.

Ke depan, program internasional akan terus dikembangkan, baik bagi Genusian maupun mahasiswa asing. Beberapa program baru bagi Genusian yang telah dan akan dijalankan antara lain, Student Exchange on Research, yakni kegiatan magang riset di kampus luar untuk penyelesaian Tugas Akhir.

Untuk Double Degree Program, atau program kuliah dengan gelar ganda, bertujuan memberi kesempatan kepada mahasiwa NPU mendapat dua gelar sekaligus dengan belajar dua tahun di NPU dan dua tahun di kampus luar negeri. Social Culture Abroad, kegiatan mahasiswa Nusa Putra mengunjungi negara tertentu untuk mempelajari sosial dan kultur negara tujuan. Sedangkan Summer Course Program, diadakan bagi mahasiswa asing yang ingin belajar sambil berwisata ke tempat-tempat bersejarah di Indonesia.

Serta Full Scholarship Abroad, atau program beasiswa penuh bagi mahasiwa asing seluruh dunia untuk melanjutkan kuliah berbagai jurusan di Nusa Putra. Beasiswa diberikan selama empat tahun untuk program sarjana, dan tiga tahun untuk diploma.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *