Nyalindung Jadi Mahkota Longsoran

Relawan BPBD saat menunjukan salah satu titik lokasi pergerakan tanah di Kampung Gunungbatu, Kedusunan Liunggunung, Desa Kertaansana, Kecamatan Nyalindung.

NYALINDUNG – Kampung Gunungbatu, Kedusunan Liunggunung, Desa Kertaansana, Kecamatan Nyalindung yang kini mengalami pergerakan tanah ditetapkan sebagai daerah zona merah atau rawan bencana.

Sebelum adanya pemukiman warga, lokasi ini merupakan pegunungan dan penuh pepohonan yang berakar tunggal.

Bacaan Lainnya

Seperti diketahui, belum lama ini Kampung Gunungbatu, Kedusunan Liunggunung, Desa Kertaansana, Kecamatan Nyalindung mengalami pergerakan tanah yang mengakibatkan ratusan rumah warga rusak berat dan terpaksa harus mengungsi.

Hingga saat ini, pergerakan tanah terus terjadi dan sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan warga setempat dan yang melintas.

Kepala Desa Kertangangsana, Agus Sudrajat mengatakan, lahan yang saat ini dijadikan pemukiman warga, sebelumnya merupakan daerah perbukitan dan banyak pohon berakar pada beberapa puluh tahun silam.

Setelah hutan di kawasan itu mengalami alih fungsi menjadi area pertanian, kondisi tanah di lokasi itu terus bergerak. Sehingga bencana pun terus terjadi.

“Besar kemungkinan bencana pergerakan tanah ini karena banyak pohon yang ditebang. Sehingga pohon berakar yang berfungsi sebagai penyangga resapan air tidak bisa menahan pergerakan tanah,” kata Agus kepada Radar Sukabumi melalui telepon selulernya, kemarin (12/5).

Lebih lanjut ia menjelaskan, pergerakan tanah di perkampungan tersebut mulai terjadi sejak dua tahun terakhir. Namun retakan tanah dengan lebar paling besar hingga mengancam ratusan rumah penduduk terjadi pada April 2019.

“2017 lalu, di kawasan ini mulai muncul patahan tanah dari puncak bukit Gunungbatu. Namun untuk retakan paling panjang dan parah terjadi saat ini,” bebernya.

Kepala Seksi (Kasi) Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Eka Widyaman mengatakan, lokasi perbukitan di Kampung Gunungbatu ini diprediksi akan menjadi mahkota longsoran dari dampak pergerakan tanah.

Terlebih lagi, hasil kajian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi Bandung menyatakan, bahwa bencana pergerakan tanah di perkampungan tersebut akibat dari adanya pergerakan di dasar tanah.

“Badan Geologi Bandung saat meninjau lokasi bencana mengambil sample berupa tanah dan bebatuan yang berada di lokasi longsoran. Kemarin mereka menyatakan, tanah yang berada di perkampungan tersebut merupakan zona merah.

Terlebih, kondisi tanah di lokasi bencana itu terdapat pergerakan lempengan batu mulai dari kedalaman 10 sampai 150 meter,” katanya.

Untuk itu, pihaknya menduga bahwa lokasi bencana pergerakan tanah tersebut akan menjadi mahkota longsoran. Terlebih lagi, dibeberapa titik bawah bukit Kampung Gunungbatu terdapat permukaan tanah yang sudah amblas dengan kedalaman sekitar 1,5 meter.

“Kondisi ini juga akan diperparah dengan adanya mata air Cisalada yang membesar dan membentuk cekdam. Untuk itu, saya menilai bahwa lokasi bencana pergerakan tanah akan menjadi mahkota longsoran lantaran terlihat tapal kuda,” pungkasnya. (Den/d)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *