Ini Manfaat Kopi Pada Penderita Diabetes Tipe 2

JAKARTA — Kopi merupakan minuman favorit hampir setiap orang. Namun bagaimana dengan penderita diabetes tipe 2? Yaitu diabetes yang diakibatkan gaya hidup tak sehat.

Dalam laman Union Leader, sebuah studi terbaru, yang diterbitkan dalam BMJ Open Diabetes Research & Care, hampir 5 ribu orang dewasa dengan diabetes tipe 2 selama diteliti. Hasilnya orang yang minum satu cangkir kopi sehari menurunkan risiko kematian selama 12 persen selama penelitian.

Lalu minum dua atau lebih cangkir menurunkan risikonya 41 persen. Teh hijau juga ampuh. Dua hingga tiga cangkir setiap hari menurunkannya sebesar 27 persen dan empat cangkir atau lebih, sebesar 40 persen.

Orang yang meminum kedua minuman tersebut menurunkan risiko kematian selama penelitian sebesar 51 persen dengan dua hingga tiga cangkir teh hijau ditambah dua atau lebih kopi sehari. Para peneliti berpikir bahwa kekuatan kopi punya sifat anti-inflamasi.

Dilansir dari Good Man Project, Selasa (15/12), diabetes tipe 2 menyebabkan komplikasi. Teh dan kopi dapat meredakan peradangan dan membantu mencegah gangguan yang ditimbulkan. Jadi, jika Anda menderita diabetes tipe 2, nikmati kopi dan atau teh hijau setiap hari.

Tapi hindari pemanis seperti sirup, gula dan produk susu tinggi lemak. Minum langsung kopinya tanpa tambahan apapun.

Beberapa penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa konsumsi kopi dapat menurunkan risiko seseorang terkena kondisi diabetes tipe-2. Tetapi jika sudah menderita diabetes, sebaiknya batasi kafein.

Sebab terlalu banyak kafein bisa meningkatkan kadar gula darah penderita diabetes dan menurunkan sensitivitas insulin. Pada diabetes tipe-2, tubuh seseorang tidak dapat menyerap insulin dengan baik. Selain itu, karena kafein, sel-selnya tidak merespons hormon insulin seperti yang dilakukan tubuh pada umumnya.

Bisakah penderita diabetes tetap minum kopi?

Anda masih bisa minum kopi jika Anda menderita diabetes dengan membatasi kafein dan tanpa gula. Namun tetap selalu disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan atau dokter. Sebab tubuh dan metabolisme setiap orang berbeda.(ani/jpg)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *