Bencana Alam Sukabumi, 90 Kejadian Kerugian Rp3 M

Bencana Alam Sukabumi

SUKABUMI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mencatat, selama Oktober 2021, jumlah bencana alam mencapai 90 kejadian. Bencana alam itu, didominasi tanah longsor dan banjir yang diakibatkan oleh hujan dengan intensitas tinggi.

“Berdasarkan laporan masuk dari Pusdalop, kurang lebih 90 kejadian bencana banjir dan longsor,” ujar Kepala Pelaksanaan BPBD Kabupaten Sukabumi, Wawan Gondawan kepada Radar Sukabumi, Jumat (5/11).

Bacaan Lainnya

Ia menjelaskan, hampir semua wilayah atau kecamatan terjadi bencana alam saat ini. Baik itu longsor maupun banjir akibat, namun yang paling dominan dan berpotensi di wilayah utara.

“Kecamatan yang rawan bencana saat ini merata, karena hampir semua kecamatan melaporkan ada kejadian bencana. Tetapi yang dominan di wilayah utara, terutama Cicurug, Kabandungan lebih dari tiga titik terjadi bencana alam, ” terangnya.

Menurut Wawan, tak ada korban jiwa maupun luka dalam kejadian bencana ini. Namun kerugian material akibat tanah longsor yang menimpah puluhan rumah di wilayah utara dan selatan mencapai miliaran rupiah.

“Alhamdulillah, tak sampai ada korban jiwa. Tetapi kalau kerugian, taksiran bulan kemarin diperkirakan mencapai Rp3 Miliar lebih,” ucap Wawan.

Wawan menegaskan, menghadapi bencana alam di mana-mana ini pihaknya melakukan kesiapsiagaan dari semua sisi, baik dari sisi peronel, peratalatan dan lainnya.

“Antisipasi hal-hal yang mungkin terjadi pada saat kejadian bencana alam, termasuk BPBD dalam waktu dekat akan melakukan apel kesiagaan bencana hidrometeorologi,” ungkapnya.

Di sisi lain, Wawan juga mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada dimanapun dan kapan pun. Hal itu agar terhindar dari kejadian yang tak diinginkan, mengingat cuaca terus menerus turun hujan.

“Tetap waspada ketika melihat ataupun kalau ada hujan dengan intensitas tinggi lebih dari 1 jam. Selain itu, harus melakukan upaya-upaya melihat di sekitar lingkungan, terutama bagi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai.

Kemudian juga yang tinggal di tempat-tempat sekiranya dapat terjadi potensi bencana,” pungkas Wawan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *