408 Warga Kota Sukabumi Terjangkit DBD Hingga Desember 2023

drg. Wita Darmawanti
Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, drg. Wita Darmawanti saat diwawancara Radar Sukabumi di ruang kerjanya, Senin (6/2).

SUKABUMI – Angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Sukabumi, masih tinggi. Terbukti, dari data yang tercatat Dinas Kesehatan (Dinkes) selama Januari hingga Desember 2023 terdapat sebanyak 408 terjangkit penyakit mematikan tersebut.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi, Drg Wita Darmawanti menjelaskan, apabila melihat data yang ada dari jumlah total 408 kasus dua diantaranya meninggal dunia.

Bacaan Lainnya

“Kasus DBD paling tinggi terjadi pada Desember 2023 lalu yang jumlanya mencapai 69 kasus,” kata Wita kepada Radar Sukabumi, Rabu (3/1).

Wita merinci, ratusan kasus DBD tersebut diantaranya, 43 kasus Januari, 25 Februari, 22 Maret, 17 April, 22 Mei, 20 Juni, 28 Juli, 41 Agustus, 32 September, 37 Oktober, 52 November dan 69 Desember. “Adapun, satu kasus meninggal dunia pada Januari dan satu meninggal pada November,” ucapnya.

Menurutnya, Dinkes tidak hentinya berupaya mengendalikan kasus DBD dengan mengajak masyarakat peduli terhadap kesehatan lingkungan di sekitar rumah untuk meningkatkan angka bebas jentik nyamuk (ABJ). “Target angka bebas jentik Kota Sukabumi, pada tahun ini sebesar 95 persen,” ujarnya.

Dalam pengendalian kasus DBD ini, Dinkes mendorong masyarakat agar menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selanjutnya melaksanakan aksi pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M, yakni menguras tempat penampungan air, menutup rapat semua tempat penampungan air agar nyamuk tidak bisa masuk.

Selanjutnya, menimbun atau mendaur ulang limbah barang bekas yang sudah tidak terpakai supaya tidak dijadikan tempat berkembangbiak nyamuk.

“Untuk mencegah dari gigitan nyamuk aedes aegypti warga bisa mengoleskan cairan anti nyamuk di beberapa bagian tubuh saat beraktivitas di dalam dan luar rumah maupun hendak tidur. Mulai menanam tanaman pengusir nyamuk dan melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J),” terangnya.

Masyarakat juga diminta untuk bisa memahami seseorang yang mengalami gejala umum terserang DBD seperti mengalami sakit kepala, demam, nyeri pada otot, tulang atau sendi serta mual. Selain itu muntah, sakit di belakang mata, kelenjar bengkak dan ruam serta pada bagian kulit muncul bintik-bintik merah.

Jika ada orang atau keluarga yang mengalami gejala seperti itu, maka harus segera membawa ke Puskesmas atau rumah sakit agar bisa segera ditanggulangi. “Karena terjadinya kematian pada pasien DBD akibat telat mendapatkan pengobatan dari medis,” pungkasnya. (bam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *