Sediakan Perpustakaan Mini di Angkot

Transportasi berbasis online memang marak. Ditambah lagi ada BRT. Keberadaan angkutan kota (angkot) pun terancam. Tapi, Sudaryanto, 42, cukup kreatif. Sopir angkot ini menyediakan perpustakaan mini dan air minum gratis di angkotnya untuk menarik penumpang.

————-

Sekilas angkutan kota jurusan Ungaran–Karangjati ini tampak seperti angkot pada umumnya. Namun saat masuk ke dalam angkot warna oranye ini, di bagian kaca belakang terdapat rak buku mini, lengkap dengan air mineral dalam gelas plastik kecil. Ya, itulah Perpuskot atau Perpustakaan Angkot satu-satunya di Kabupaten Semarang. Perpuskot itu disediakan oleh pemilik angkot, Sudaryanto.

Ia mengaku, ide menyediakan perpustakaan mini tersebut berawal dari rasa jenuh para penumpang ketika ngetem menunggu penumpang lainnya. Untuk mengusir rasa jenuh itu, muncul ide untuk menyediakan buku-buku bacaan. “Sehingga saya lengkapi saja dengan buku-buku bacaan, supaya penumpang di dalam yang menunggu penumpang lain tidak jenuh,” kata warga Kota Salatiga ini saat ditemui Jawa Pos Radar Semarang di pangkalan angkot Jalan Gatot Subroto, Ungaran, Senin (19/2).

Namun memang buku yang disajikan masih berjumlah puluhan. Meski begitu, menurutnya, jumlah tersebut diharapkan sudah bisa mengurangi rasa jenuh penumpang di dalam angkot saat menunggu penumpang yang lain.
Dijelaskan Sudaryanto, buku tersebut disusun rapi di rak kaca yang tertempel di bagian belakang. Selain buku, hal lain yang membedakan dengan angkot pada umumnya, yakni fasilitas air minum gratis. Di situ tertulis “Timbang Ngalamun Moco Buku Lur, Nek Ngelak Ngombe..Gratis.”

Setiap penumpang di dalam angkot miliknya boleh mengambil air minum kemasan tersebut. “Pastinya supaya penumpang jadi lebih nyaman saja,” ujar bapak dua anak ini.
Pemberian fasilitas air minum gratis untuk penumpang di dalam angkot miliknya tersebut sudah berjalan selama 3 tahun. Lebih lama jika dibandingkan perpustakaan yang ada di dalam angkotnya yang baru berjalan 6 bulan. Namun, antusias para penumpang angkotnya tersebut meningkat setelah adanya beberapa fasilitas tersebut. Ia sendiri tidak menghitung untung dan rugi dari apa yang dilakukannya itu.

Apa yang dilakukan Sudaryanto patut diacungi jempol, mengingat saat ini tingkat literasi masyarakat Kabupaten Semarang memang masih rendah. “Yang paling suka membaca biasanya anak-anak sekolah,” katanya.
Meski harus menyisihkan sebagian pendapatannya setiap hari, ia tetap setia menyediakan air minum dalam kemasan. Ia mengaku, satu kardus air minum kemasan ludes dalam dua hari, apabila jumlah penumpang benar-benar ramai. Khusus untuk Sabtu dan Minggu, air minum berasa ia sajikan untuk penumpang di dalam angkotnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *