Inspirasi Bisnis yang Menjanjikan di Bulan Ramadan

darsukabumi TEKUN : Sejumlah ibu rumah tangga belajar membuat peci rajut untuk kemudian disetorkan ke Pemilik usaha Peci Rajut Assalam, Yulia Masri .

Rangkul Ibu Rumah Tangga, Peci Rajut Nilon Asal Kebonpedes Kebanjiran Order

Sudah menjadi kebiasaan kaum muslim di Indonesia, ketika bulan suci Ramadan tiba. Selain kain sarung dan busana muslim, produsen peci atau songkok pun kebanjiran pesanan. Hal ini menjadi peluang bagi pedagang musiman yang ingin mencicipi manisnya berbisnis di bulan yang penuh berkah.

WIDI FITRIA, Sukabumi

Bacaan Lainnya

Tidak hanya aksesoris kaum hawa saja yang banyak diburu konsumen saat Ramadan, beragam aksesoris kaum pria di bulan suci ini pun banyak peminatnya khususnya bagi umat Islam. Seperti peci rajut atau songkok.

Di Sukabumi Jawa Barat (Jabar) tepatnya di Kampung Ranji, Desa/Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi ada satu pengrajin peci rajut yang cukup terkenal yaitu Peci Rajut Assalam. Bahkan pesanan pun datang tidak hanya domestik, tetapi dari luar negeri juga ada.

Pemilik usaha Peci Rajut Assalam Yulia Masri menuturkan, di bulan Ramadan ini omzet terus meningkat hingga mencapai 30 persen yang dipesan ke seluruh Indonesia mulai dari Aceh hingga Papua.

“Alhamdulilah setiap Ramadan itu selalu ada peningkatan pesanan, bahkan kita sudah mulai buat itu sebelum puasa, karena saking banyaknya permintaan,” terangnya.

Berawal dari ide seorang guru kerajinan tangan, tercetus cara dengan menggunakan benang nilon sebagai bahan dasar dari peci rajut ini. Menurutnya, benang nilon memiliki kualitas terbaik, selain itu kekuatannya bisa mencapai lima tahun.

Peci rajut yang terbuat dari benang ini, memang banyak diincar kaum pria. Selain modelnya kekinian, bahannya juga kuat sehingga tetap awet. Motif yang ditawarkannya selalu yang terbaru dan kekinian, sebab pangsa pasarnya tidak hanya untuk orang dewasa saja tetapi juga anak-anak dan anak muda.

“Banyak sih ada motif batik, melati ada juga bikin motif bendera merah putih, tetapi itu kalau pas 17 Agustus saja, kecuali kalau ada pesanan baru bikin lagi sama motif bendera Palestina itu juga banyak dibeli,” ucap Yulia kepada Radar Sukabumi, Minggu (12/5).

Dijelaskan ibu satu anak ini, dirinya tidak sendiri memproduksi peci. Tetapi dibantu ibu-ibu rumah tangga yang berada di sekitar rumahnya sebanyak 28 orang yang tersebar dari dua desa yakni Desa Kebonpedas, dan Desa Bojong Sawah
.
Mengunjungi warga dari rumah ke rumah dengan membawa seperangkat bahan baku seperti alat rajut serta menentukan motif dan ukuran pemesanan, merupakan keseharian Yulia dalam mengembangkan usaha.

Keuletannya sejak 2014 silam, kini bisnis peci rajut berbuah manis saat Ramadan tiba. Peci rajut menjadi bisnis menjanjikan, dan membantu menambah penghasilan warga sekitar.

Di tangan para ibu-ibu rumah tangga, mampu menghasilkan rajutan benang nilon dan net nilon yang berkualitas. Tentunya dibutuhkan ketelitian dan kesabaran.

“Tergantung, terkadang saya yang nganterin bahan bakunya kadang merekanya sendiri yang ambil bahan baku di koperasi, nanti tinggal tentukan motif sama ukurannya yang harus dibikin.

Alhamdulilah ada peningkatan dari bulan biasanya sekitar 30 persen pesanannya, kalau untuk tahun kemarin nyampe 5000 pcs di bulan Ramadan,” terangnya.

Yulia sendiri mengaku, produknya dijual kembali melalui media online. Satu peci dibanderol mulai dari Rp75 ribu hingga Rp85 ribu, tergantung tingkat kesulitan rajutan peci. Misalnya peci rajut dengan motif melati berwarna putih yang kemudian ditambah motif rajutan benang nilon berwarna emas, merupakan salah satu peci dengan tingkat kesulitan tinggi. Kini banyak diminati konsumen.

Salah satu warga yang juga perajin peci rajut, Sutinah mengaku dalam sehari ia mampu memproduksi delapan hingga sepuluh pcs selama satu jam.
“Kalau motifnya simpel sih bisa cepat, yang lama itu yang motifnya lumayan susah kaya bendera Palestina sama melati juga lumayan bikinnya agak lama,” terangnya.
Dengan menekuni pembuatan peci, dirinya merasa terbantu keuangan rumah tangga untuk keperluan sehari-hari keluarganya.
“Lumayan ada sampingan, awalnya diajak ibu Yulia belajar seminggu sudah bisa,” tutupnya.

Dengan kapasitas produksi dalam satu bulan mencapai ribuan pcs dengan beragam jenis, dan hanya satu home industri di Sukabumi berharap bisnis pasangan suami isteri peci rajut nilon ini dapat menjadi ikon kerajinan khas dari Sukabumi. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *