Politik ‘Ngarambet’

Itu wajar sih sebagai penyakit politisi yang selalu merasa dirinya laku. Tidak ada ada yang salah selama apa yang dilakukannya bisa dipertanggungjawabkan atas ambisi yang sudah disampaikan pada masyarakat. Tapi kadang saya ingin berkomentar kenapa fotonya tidak disertai dengan nomor telephone agar masyarakat bisa bertanya dengan ambisi yang dibawanya.

Sebuah pertandingan bola tujuannya untuk menghibur dan mengajarkan sportifitas. Jika dilakukan penuh kecurangan dan akal-akalan, ‘hanya demi menang’, akan membawa rasa jengah terhadap tontonan yang tak bermutu, tak membawa nilai tambah, malah menginspirasi perilaku negatif saja.

Bacaan Lainnya

Para politis saat ini yang sudah memiliki jabatan, mungkin hanya menuntut hak diri dan kepentingan atau keuntungan sendiri dan kelompoknya. Mungkin ini penyakit sosial yang diwariskan oleh praktik politisi-politisi Orde Baru dan kemudian Orde Reformasi yang tamak, menang sendiri, dan eksploitatif terhadap rakyatnya.

Akibatnya rakyat diajari untuk berjuang sendiri, memikirkan hidupnya sendiri, bertarung sendiri, dan ‘saling curang saling sikut saling sikat’ di antara mereka sendiri demi untuk hidup.

Hampir kebanyakan, politisi kerap berpikir kepentingan dan benefit-nya sendiri dari berbagai ikhtiar dan negosiasi politik yang dilakukannya. Kita harus segera kembali sadar bahwa sebuah tujuan besar (kebangsaan) selalu mensyaratkan pengorbanan yang besar.

Orang-orang yang mewakafkan hidupnya dalam politik, menjadi elite pemimpin, semestinya fokusnya adalah kemaslahatan rakyatnya, bukan lagi mengutamakan diri, keluarga ataupun kelompoknya. Bukan kemenangan dan kekayaan yang dicari, namun kemuliaan hidup, pada pengabdian, pada kepentingan dan kemaslahatan terbesar, yakni rakyat, bangsa dan negara.

Saya tidak peduli siapapun pemimpin, dari tingkat daerah sampai nasional, legislatif maupun eksekutif yang jadi nanti untuk priode 2019-2024. Saya hanya ingin mereka tak lagi memikirkan diri sendiri atau kelompoknya yang hanya membuatnya tampak menjadi seperti partikelir dan petualang politik yang ambisius dan penuh intrik mencari keselamatan sendiri.

Sikap pengorbanan melandaskan politik mental tinggi. Sikap pengorbanan inilah yang menyelamatkan politik dan demokrasi kita dari kebusukan dan kehancuran. Tanpa pengorbanan dan rasa pengabdian tanpa pamrih, tak akan ada kemerdekaan. Partisipasi tanpa tanggung jawab dan ketulusan hanya akan kebablasan dan menang-kalah. Karena pada akhirnya, tanpa berpuasa, tak akan ada hari raya.

Pada akhirnya benar apa yang dikatakan, ahli Frederick Tatenhove yang berpendapat bahwa ambisi adalah keinginan yang kuat untuk memperoleh kemuliaan, kedudukan dan jabatan yang tinggi. Sementara menurut Freud dan Jung, ambisi adalah keinginan yang bersifat alamiah untuk mencapai tahapan yang lebih tinggi. Dengan demikian jelas bahwa sebenarnya makna ambisi itu netral atau positif.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *