Perjalanan Ide

Dahlan Iskan
Dahlan Iskan

Ini mirip dengan keraguan orang: apakah tetap pakai listrik PLN atau pasang solar cell. Keraguan itu di dua hal: apakah solar cell itu andal dan apakah bisa lebih menghemat.

Bacaan Lainnya

Maka di Indonesia lahir perusahaan penyedia solar cell. Ia yang membiayai pembelian dan pemasangannya. Juga pemeliharaannya. Pemilik bangunan membayar listrik ke perusahaan start up tersebut. Harganya 10 persen lebih murah dari harga listrik PLN.

Tentu hanya pabrik-pabrik besar yang mau masuk sistem itu. Yang punya atap luas. Yang bayar listrik ke PLN-nya dalam jumlah besar. Menghemat listrik 10 persen terasa besar.

Perusahaan start up seperti itu belum akan bisa masuk ke rumah tangga. Tarif listrik PLN di rumah tangga sangat rendah. Pun setelah dinaikkan baru-baru ini.

Start up sehebat apa pun tidak akan bisa menawarkan tarif lebih murah dari PLN. Sama pun tidak bisa. Harus lebih mahal yang amat sangat.

Dengan model itu banyak pabrik yang mulai menggunakan solar cell. Yang penting mulai terbiasa. Sama-sama bisa belajar: produsen dan konsumennya.

Start up seperti itu penting meski diri mereka sendiri harus terus-menerus membakar uang. Mereka harus pintar cari sumber dana. Terutama harus pintar meyakinkan mereka. Toh bisa ditawarkan exit strateginya: IPO di ujung sana.

Karena itu masuk ke kategori perusahaan teknologi jadi pilihan. Itulah yang laku di pasar uang. Isinya boleh apa saja. Persewaan atau pun atap. Yang penting dibungkus teknologi. Kali ini bungkus lebih penting dari isi. (*)

Pos terkait